BOGOR, (Panjimas.com) – Keputusan Walikota Bogor Bima Arya dalam melarang kegiatan Asyura ternyata mendapat kritik dari banyak pihak. Namun Bima Arya tetap percaya pada pendiriannya karena syiah telah meresahkan.
Berikut ini penjelasan Walikota Bogor mengapa ia mengeluarkan keputusan tersebut.
Kebijakan pelarangan acara syiah atas kesepakatan dengan Muspida Kota Bogor, MUI serta Ulama-Ulama Bogor.
“Saya sebagai kepala daerah wajib melindungi atau menjaga stabilitas Kota dan keamanan warga berdasarkan konstitusi. Pelarangan yang saya keluarkan terkait acara syiah sesuai dengan aturan dan konstitusi”. Ujarnya. Senin, (26/10/2015).
Pelarangan yang saya keluarkan itu berdasarkan aspirasi masyarakat Bogor yang resah dengan acara syiah. Pelarangn itu akhirnya dikeluarkan karena pihak syiah tidak konsisten, kita sudah lakukan pendekatan persuasif.
Setelah pendakatan persuasif pihak syiah awalnya kooperatif, namun mereka nekat tetap menjalankan acara. Karena syiah tetap nekat melaksanakan acranya maka kita bubarkan.
Soal syiah menyimpang atau tidak itu bukan wewenang saya menetapkan, tugas saya hanya menjaga ketertiban di Bogor. Dan kewajiban saya memlihara Bogor agar tetap kondusif dan harmonis.
Adanya pristiwa ini harapan saya terjadi dialog dan ada solusi, khususnya bagi para tokoh agama terkait syiah. Kewajiban saya pula mendengar masukan dari para tokoh agama. Masukan para tokoh agama terkait acara syiah ini perlu saya sikapi dengan tepat kemudian saya keluarkn kebijakan.
Saya selalu mendukung atau mendorong kegiatan-kegiatan yang positif terkait budaya & keagamaan dan saya beri kemudahan. Selama kegiatan itu positif saya akan dorong, dan jika berpotensi meresahkan, maka saya harus tindak.
Jadi perlu melihat konteks kebijakn pelarangan acara syiah tersebut, supaya tidak salah paham. Saya mengambil kebijakan tersebut berdasarkan kemashlahatan umum bagi warga saya di kota Bogor.
Terkait tersebarnya kritik bahkan “bully” terhadap tindakan saya, bagi saya tidak masalah. Setiap orang punya hak bicara atau kritik bahkan bully saya, silahkan saja, saya menjadi dapat pelajaran baru apa arti sahabat.
“Para kritikus sebagiannya tidak bicara langsung ke saya tapi bicara ke media, dan bagi saya itu sekali lagi hak mereka. Apapun kritiknya bagi saya tidak masalah, karena hakikatnya yang menilai kita adalah Allah SWT.” Tambahnya.
Setiap daerah berbeda cara menangani dinamika sosialnya. Sekali lagi lihat konteks yang melatari lahirnya kebijakn saya terkait acara syiah ini. Kepada masyarakat mohon doanya untuk saya, kita saling mendoakan dan menguatkan.
Sekali lagi silahkan berpendapat atau kritik. Bagi saya hakikat penilaian terhadap saya ada di sisi Allah SWT.