JAKARTA, (Panjimas.com) – Program Bela Negara yang digagas Kementerian Pertahanan rencananya akan diluncurkan. Grand Desain termasuk Kurikulum Bela Negara menjadi menjadi paramater, efektif tidaknya program ini bagi bangsa dan negara. Salah satu muatan penting dari Program Bela Negara yang salah satu sasarannya generasi muda adalah mereka harus disadarkan bahwa saat ini generasi muda Indonesia sedang dijajah dan dilemahkan.
Wakil Ketua Komite III DPD yang membidangi persoalan pendidikan Fahira Idris mengatakan, selain melatih fisik, etos, dan kedisiplinan, Program Bela Negara terutama untuk generasi muda harus bisa membuka mata mereka tentang kondisi kekiniian Indonesia yang menjadi obyek invasi atau serbuan berbagai tata nilai, budaya, dan prilaku (gaya) hidup dari luar yang melemahkan dan bertentangan dengan kepribadian bangsa.
“Generasi muda kita ini sekarang sedang ‘dijajah’ oleh berbagai pengaruh negatif. Dengan kemajuan teknologi, setiap saat tata nilai dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sudah berhasil masuk dan mempengaruhi keseharian generasi muda kita lewat budaya-budaya populer mulai dari musik, film, gaya hidup, fashion, hingga makanan/minuman. Generasi muda kita sedang dilemahkan. Menolak menjadi generasi muda yang lemah adalah bentuk bela negara,” ujar Senator Asal Jakarta ini di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Senin, (19/10).
Menurut Fahira, saat ini hedonisme tengah melanda sebagian besar generasi muda Indonesia. Ini ditambah dengan masih leluasanya mesin-mesin penghancur terutama narkoba dan miras yang terus menggilas mereka. Perilaku yang mengedepankan kekerasan, tawuran, bahkan hingga seks bebas, saat ini semakin menjadi saja di kalangan generasi muda kita.
“Jadi, Program Bela Negara ini juga harus bergerak simultan dengan aksi-aksi nyata pemerintah dalam melindungi generasi mudanya. Negara juga harus menjamin, baik narkoba maupun miras tidak akan menyentuh generasi muda kita. Jika ingin mereka tidak tawuran, sediakan kegiatan dan sarana agar energi mereka tersalur ke hal-hal positif. Jika ingin mereka punya karakter, jujur,tidak korupsi, berilah contoh dan teladan,” ungkap Ketua Yayasan Abadi (Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri) ini.
Saat ini (2015) jumlah pemuda Indonesia tercatat sebanyak 87 juta jiwa. Bahkan di tahun 2020, Indonesia akan mengalami ‘bonus demografi’ di mana angka penduduk usia muda produktifnya akan jauh lebih besar dari angka penduduk usia lainnya. Jumlah yang besar ini, menurut Fahira, dapat menjadi potensi sebagai motor penggerak perubahan bangsa apabila dibarengi dengan pemuda yang berkualitas. Sebab itu, Program Bela Negara terutama fokus kepada generasi muda, menjadi sangat krusial.
“Jika ingin mengenggam sebuah bangsa, genggamlah generasi mudanya. Negara dengan generasi muda yang lemah, tidak punya cinta tanah air, individualis, menghamba pada kesenangan tinggal menunggu kehancurannya saja. Progam Bela Negara harus bisa menyadarkan generasi muda kita bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa besar dan memenuhi semua syarat untuk jadi negara maju, sehingga banyak pihak yang ingin melemahkan bangsa ini terutama lewat generasi mudanya,” tukasnya.
Point penting lainnya dari Program Bela Negara terutama buat generasi muda ini, tambah Fahira, adalah bagaimana mengemas semua materi menjadi menyenangkan dan tidak membosankan sehingga setelah selesai dari Program Bela Negara, anak-anak muda ini menjadi pribadi tangguh, disiplin, punya kepekaan sosial, jujur, berkarakter, dan pastinya cinta tanah air.
“Gunakan multimedia, video, animasi, dan sebagainya. Paling penting juga pemberi materi harus sosok yang bisa menginspirasi anak-anak muda kita bahwa wajah Indonesia ke depan ada di tangan mereka,” ujar Fahira.