ACEH SINGKIL , (Panjimas.com) – Pagi itu, Selasa, (13/10/2015), ratusan umat Islam Aceh Singkil berkumpul di Kampong Lipat Kajang. Kemudian,mereka bergerak secara konvoi menuju Kampong Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah untuk mengepung undung-undung ilegal dan membakarnya.
Dalam penelusuran Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di Aceh Singkil, undung-undung (rumah ibadah nasrani berukuran kecil, red) itu berada di sebuah perkebunan kelapa sawit milik warga di Kecamatan Gunung Meriah. Sebagian besar penduduknya beragama Kristen Protestan.
Saat pembakaran undung-undung, beberapa jemaat bertahan dan menyaksikan tanpa perlawanan. Bahkan tak ada satupun jemaat undung-undung mengungsi ke luar Singkil.
Usai pengepungan undung-undung di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, sebagian besar massa ada yang pulang ke rumahnya masing-masing.Namun sebagian lagi ada yang terus bergerak menuju undung-undung di Kampong Dangguran untuk melakukan hal yang sama.
Jarak dari Kampong Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah ke Kampong Dunggaran sekitar dua kilometer.
Kampong Dangguran berada di dataran tinggi yang dikelilingi kebun kelapa sawit. Seluruh penduduk di kampung ini merupakan pendatang dari luar dan beragama Kristen.
Pukul 11.00 siang sebelum massa menuju undung-undung , warga Kristiani di kampung itu telah membekali diri dengan senjata bambu runcing untuk menghadang gerak massa umat Islam yang merangsek maju.
Tiba-tiba dari arah atas, terdengar letusan senapan dari arah warga Kristiani, mengenai sebelah mata, dada sebelah kiri dan leher Syamsul (25), salah seorang massa dari umat Islam. Syamsul tergeletak dan menghembuskan nafas terakhirnya di tempat kejadian.
Massa umat Islam pun berbalik arah, dan tak sampai melakukan pembakaran undung-undung di Kampong Dangguran.
Senapan babi
Saat menelusuri Kampong Dangguran, JITU menemukan sejumlah bambu runcing di sekitar undung-undung dan kebun kelapa sawit. Berita yang tersebar di tengah warga, Syamsul setelah ditembak, juga ditombak oleh warga Kristiani yang bertahan. Juga terbetik kabar, senapan yang digunakan untuk menembak Syamsul dan korban lainnya adalah airgun.
Warga sekitar menyebutnya dengan “Senapan Babi”. Disebut senapan babi, karena senapan itu biasa digunakan untuk memburu babi.
Selain Syamsul bin Idal yang terkena tembakan hingga meninggal, korban luka tembak lainnya adalima orang. Mereka adalah Salman (18), Uyung (27), Asriyanto (21), Amsar (53), dan Herman (21). Kini korban luka dirujuk ke Rumah Sakit Umum Meuraksa, Banda Aceh.
Jenazah Syamsul yang bersimbah darah kemudian dibopong menuju Kecamatan Gunung Meriah. Saat membawa jenazah itulah, terdengar suara yang menyerukan agar toko-toko di seluruh wilayah Aceh Singkil untuk ditutup. Ketika itu suasana di Aceh Singkil mulai mencekam.
Ditemui wartawan di Kantor Kecamatan Gunung Meriah, Kapolda Nangroe Aceh Darussalam Irjen (Pol) Hussein Hamidi menyebut inisial WA sebagai pelaku penembakan. Kini, ia sudah ditahan. Sekitar 4 orang lainnya juga telah diperiksa karena memiliki sejata api secara ilegal.
Informasi yang diperoleh JITU, sebelumnya ada 47 orang dari pihak umat Islam yang ditahan aparat kepolisian untuk diperiksa. Tapi kemudian, 44 sudah keluar. Hanya 3 orang yang ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka pembakaran gereja. Ketiga nama dari pihak umat Islam yang dijadikan tersangka itu adalah: Syaiful (27), Irwan (18), dan Nawawi (35). [Desastian/JITU]