YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Setelah sukses di Solo serta Jakarta giliran Yogya menyelenggarakan Parade Tauhid pada hari Ahad, (11/10/2015). Berpusat di Alun-Alun Utara sebagai start dan finish, rute parade sepanjang 3km yakni Jl. Ibu Ruswo, Jl. Brigjend Katamso, Jl. Senopati, Jl. KH.A.Dahlan, Jl. Wahid Hasyim, Jl. Agus Salim, Jl. Kauman, dan finish.
Start pada pukul 09.00 WIB dilepas dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Dr.Muinudinillah Bashri MA. Sebelumnya, di panggung utama digelar orasi damai oleh beberapa tokoh, di antaranya Ustadz Alfian Tanjung dan Ustadz Irfan S Awwas. Wali Kota Yogyakarta pun memberikan sambutan di awal acara.
Puluhan elemen muslim dari Jateng dan DIY turut mengikuti parade ini. Bahkan dari Jawa Barat, serombongan jama’ah Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur pun turut serta. Bendera Tauhid sepanjang 3 km dibawa bersama-sama. Sebagian membawa rontek yang salah satunya bertuliskan “Indonesia Damai Tanpa Syi’ah Dan PKI” sesuai tema parade.
Salah satu peserta, Agus (45) yang tergabung dalam laskar FPI DPW Temanggung, menyatakan bahwa dirinya bangga melihat antusiasme umat Islam yang tinggi dalam acara ini. “Sebagai muslim, saya bangga,” tuturnya. Rombongannya yang berjumlah 100-an orang menempuh perjalanan selama tiga jam dengan beberapa mobil. Ia meniatkan diri datang ke Yogya sebagai jihad fi sabilillah. Ia berharap, di Temanggung suatu saat akan diadakan acara serupa.
Di beberapa titik rute parade, ibu-ibu warga menyediakan makanan dan minuman gratis bagi peserta. Hal ini menjadi tanda bahwa warga Yogyakarta mendukung diselenggarakannya Parade Tauhid. Seorang warga Jl. KH.Agus Salim, Kauman, ketika ditanya oleh reporter Panjimas.com, memberikan dukungannya. Ia mangatakan bahwa solidaritas kaum muslimin yang tampak pada parade kali ini adalah sebuah kebaikan.
Panitia parade pun sangat memerhatikan ketertiban, keamanan, dan kebersihan lingkungan. Kemesraan petugas keamanan dari Polresta dengan panitia dan peserta tampak nyata. Ucapan terimakasih dari panitia disambut dengan tanda salam tauhid. Para personil polisi dan polwan mengacungkan jari telunjuk ke atas sebagai sembari tersenyum hangat.
Untuk menjaga kebersihan, dikerahkan tujuh mobil dengan 35 petugas guna membersihkan sampah di sepanjang rute. Mereka adalah para santri Pesantren Masyarakat Yogyakarta. Sebelum start, peserta diperingatkan agar tidak membuang sampah sembarangan. Bila terlanjur harap menjumputnya kembali.
Menurut Kang Puji, wakil ketua AMFUI (Angkatan Muda Forum Umat Islam), hal ini dilakukan karena muslim adalah warga negara yang baik, yang mana harus bertanggungjawab menjaga tanah airnya.
Sementara itu Ketua Panitia Paradet Tauhid Ustadz M Fuad Andreago menjelaskan latar belakang dari diselenggarakannya acara ini.
“Umat Islam sekarang terkotak-kotak bahwa kita harus bersatu dan memilih pemimpin yang bertauhid. Disamping itu kita mengingatkan akan bahaya komunis dan syiah. Di Yogyakarta sendiri geliat komunis mulai terlihat hal ini dibuktikan dengan munculnya bebearpa simbol PKI di Titik Nol, Kampung Soragan. Ini yang menyebabkan kita khawatir terjadi doktrinisasi, karena banyak anak muda yang tidak paham dan akan terpengaruh.” Ujarnya.
Puncak acara Parade Tauhid Yogyakarta adalah pembacaan Deklarasi Tauhid Masyarakat Jateng dan DIY yg dipimpin oleh Ustadz Dr.Muinidinillah Bashri MA, kemudian Petisi Tauhid oleh Ustadz Bernard Abdul Jabbar, dan ditutup dengan doa oleh Ustadz Umar Said. Acara dinyatakan selesai pada pukul 11.00 WIB.[IB]