WASHINGTON, (Panjimas.com) – Para pemimpin masjid di 20 kota termasuk Phoenix dan Oklahoma sudah bersiap untuk menghadapi demonstrasi anti-Islam yang dijadwalkan diselenggarakan pada Jumat (9/10) dan Sabtu (10/10) oleh kelompok bersenjata demonstran sayap kanan.
Bahkan berbagai halaman Facebook telah banyak diserukan untuk mendatangi masjid dan melakukan demonstrasi anti-Islam. Hal itu diungkapkan oleh organisasi Islam ketika mereka sudah bersedia memberikan pernyataan pada Sabtu (10/10).
“Kami tidak membatalkan ibadah kami pada hari Jumat dan Sabtu, namun kami akan mengerahkan polisi Phoenix jika nantinya para demonstran melakukan kekerasan. Apalagi kami mendengar beberapa demonstran akan membawa senjata tajam,” kata Usamah Shami, presiden Pusat Komunitas Islam Phoenix (ICCP), menurut Guardian pada Sabtu (10/10) yang dilansir republika.
Masjid yang merupakan masjid terbesar di Phoenix, yang bisa menampung kurang lebih 800 jamaah untuk shalat Jumat itu salah satu sasaran utama demonstrasi. Polisi Phoenix menegaskan bahwa mereka akan melindungi masjid dan komunitas Muslim di sana, karena secara hukum di Arizona terlarang karena mereka terang-terangan membawa senjata.
Kelompok demonstran tersebut dijuluki dengan Global Rally for Humanity, mereka adalah the Oath Keepers, yaitu kelompok yang memperjuangkan untuk membawa senjata tajam secara terbuka. Di mana Southern Poverty Law Center menyebut mereka sebagai kelompok militeristik dan anti pemerintah.
Mereka bahkan mengajak para demonstran berdamai dengan mengundang mereka untuk duduk bersama sambil menikmati pizza dan jus pada hari terakhir demonstrasi. Meskipun sekitar 20 masjid dan pusat Islam telah diidentifikasi dalam posting media sosial, tidak jelas berapa banyak demonstrasi akan berlangsung dan apakah mereka akan dihadiri oleh lebih dari hanya segelintir orang.
Zainab Chaudry, manajer Dewan Hubungan Amerika-Islam di Maryland menyebutkan kasus ini merupakan protes anti Islam terbesar menyusul islamofobia yang semakin marak terjadi akhir-akhir ini. Menurut dia islamofobia ini terjadi karena salah paham atas pandangan orang awam terhadap ISIS dan Boko Haram.
Terlebih mengemukanya pernyataan Ben Carson yang menegaskan seorang Muslim tidak pantas menduduki jabatan di pemerintahan Amerika beberapa waktu lalu.