KHARTOUM, (Panjimas.com) – Acara dialog pendidikan Islam dan pelatihan penulisan artikel ilmiah yang diseleggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan di Aula KH. Agus Salim KBRI Khartoum Ahad (4/10/2015) malam, dalam kesempatan tersebut Dr. Adian Huseini selaku pembicara mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah hilangnya adab dalam dunia pendidikan.
Pendidikan saat ini masih bersifat sekuler sehingga sulit untuk menciptakan manusia yang beradab. Peradaban dibangun oleh sebuah pendidikan karakter, adab adalah sebuah karakter, bahkan, adab lebih kuat dari karakter itu sendiri karena adab tidak sekedar akhlak tetapi mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia.
Pendidikan karakter menurut Prof. Naquib al-Attas adalah sebuah pendidikan bukan hanya sekedar mengajar tetapi bagaimana para guru menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada para murid, hal ini diperjelas oleh Dr. Adian Huseini bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem pendidikan yang mengedepankan aspek keteladanan dari pada pembelajaran. menciptakan pendidikan berkualitas dimulai dari menciptakan guru-guru berkualitas dalam mendidik para muridnya karena pendidikan bukan hanya menyangkut masalah visi dan misi tetapi bagaimana peranan guru dilapangan.
Adab tidak hanya dibentuk dari bangku sekolah, maka dari itu semangat dalam menuntut ilmu jangan berhenti disekolah, karena adab datang dari sebuah hikmah bukan datang dari kampus (adab is coming from hikmah, adab is not coming from University), sebuah adab tidak bisa hanya diteoriskan sebab tujuan dari adab adalah bagaimana mengislamkan orangnya itu sendiri”, ujar Dr. Adian Huseini Pendiri Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).
Terakhir dalam kesempatan tersebut Dr. Adian Huseini yang juga merupakan Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIKA mengajak kepada para mahasiswa agar mampu membangun sebuah konsep keilmuan dengan Ilmu modern dan dikaitkan terhadap tantangan Umat secara kontekstual, misalkan Ilmu tafsir dengan Ilmu hermeunetika. Beliau juga berpesan agar mahasiswa meningkatkan kemampuan menulis ilmiah, kecakapan bahasa Inggris, serta kemampuan menganalisis apa yang dibutuhkan umat Islam Indonesia saat ini, “terangnya.(MFA)