TOLIKARA (Panjimas.com) – Kaum Muslimin Tolikara mulai berduyun-duyun mendatangi Musholla Koramil Khairul Ummah, sekitar pukul 06.30 WIT.
Musholla Koramil Khoirul Ummah merupakan pengganti Masjid Baitul Muttaqin yang terbakar dalam insiden Idul Fitri, Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Insiden itu berupa penyerangan oleh jemaat GIDI kepada kaum Muslimin yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri.
Qadarullah, Pukul 7 WIT matahari mulai menyinari bumi Tolikara, Papua. Musholla Koramil Khairul Ummah yang baru saja diresmikan itu, tidak menampung jamaah shalat Idul Adha di Tolikara, sehingga membludak hingga ke luar.
Pagi itu, pembawa acara tengah mengumumkan pelaksanaan acara shalat Idul Adha. Aparat keamanan dari TNI dan Polisi pun berjaga-jaga di luar musholla.
Sementara, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa ikut serta dalam shalat Idul Adha di Tolikara, pada Kamis (24/9/2015). Sejumlah pejabat daerah yang beragama Kristen berada di sekitar musholla.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Walillahilhamd, gemuruh takbir di sekitar Musholla Khairul Ummah menggema.
Shalat Idul Adha pun segera dilaksanakan. Tampil sebagai imam Idul Adha, Syaikh Ali Jaber. Dalam shalat Idul Adha Syaikh Ali Jaber yang mengenakan gamis putih membacakan surat Al A’la dan Al-Ghasiyah saat mengimami shalat.
Usai shalat Idul Adha digelar, Ustadz Fadzlan Garamatan maju ke mimbar dan menyampaikan khutbah shalat Idul Adha. Dalam khutbahnya, Ustadz Fadzlan Garamatan mengajak kepada kaum Muslimin untuk membangun peradaban baru di Tolikara
Khatib juga menukil cerita Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam dalam membangun peradaban dengan menemukan Allah Ta’ala. Khatib juga mengisahkan keteguhan Siti Hajar saat ditempatkan oleh Nabi Ibrahim di padang pasir. Siti Hajar Dengan ketekunannya bertahan hidup dan mencari solusi sehingga berlari-lari kecil dari safa ke marwah hingga menemukan sumur zam zam.
Nabi Ibrahim juga diuji keimanannya oleh Allah Ta’ala dengan perintah menyembelih Ismail, anaknya yang lahir dari Siti Hajar. Sementara Nabi Ismail yang juga sabar dan keteguhan imannya menuruti perintah Allah Ta’ala untuk disembelih. Tapi Allah Ta’ala menggantikan Ismail dengan seekor kibas.
Terakhir, khatib menyampaikan hikmah bahwa dari kisah tersebut ada pelajaran penting, yakni untuk menyembelih kemusyrikan, ego, dan kesombongan. [AW/Ahmad Damanik]