JAKARTA, (Panjimas.com) – Munculnya ancaman yang dikeluarkan oleh teroris Kristen GIDI terkait tentang ketidakamanan shalat Idul Adha di Tolikara, menimbulkan keresahan diberbagai kalangan masyarakat khususnya umat Islam.
Dampak penyerangan yang dilakukan oleh teroris Kristen GIDI cukup luas. Sebab, tidak hanya umat Islam di Tolikara yang memiliki rasa takut dan kekhawatiran yang cukup besar tetapi, umat Islam diluar Tolikara pun merasakan ketakutan dan khawatir bilamana teroris Kristen GIDI melakukan penyerangan kembali di wilayah-wilayah lain.
Dan tidak sedikit juga dari kalangan umat Islam yang empati. Salah satunya ialah Ustad Fadlan Garamatan, seorang da’i asal Papua yang telah berhasil dakwah di Papua.
“Konstitusi Republik Indonesia memberi jaminan berarti, pemerintah memberi jaminan itu kepada seluruh warga negara Indonesia untuk beribadah menurut agama dan keyakinannya.”ujarnya.
Ia menambahkan. Tolikara adalah wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Siapa orang yang melarang orang beribadah di negeri mereka, itu berarti dia sedang melakukan pelanggaran terhadap konstitusi bahkan, dalam hak asasi manusia itu termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Dari itulah maka, pemerintah diantaranya TNI, Polisi, pemerintah bupati, camat, lurah, dan seluruh warga negara. Agama katholik, agama protestan, agama hindu, agama budha, agama konghucu, menjaga umat Islam untuk beribadah. Begitu pun sebaliknya. Tapi, khusus untuk kegiatan ibadah di Tolikara, menjadi bagian daripada kerja dakwah umat Islam.
“Maka, ketika 17 Juli 2015 tidak jadi orang shalat Idul Fitri. Maka, qurban Hari Raya Idul Adha tetap dilakukan. Karena, itu adalah wilayah kesatuan Republik Indonesia.”tambahnya.
Sikap Ustad Fadzlan Garamatan tersebut tidak hanya terlihat dari perkataannya saja tetapi, beliau membuktikannya dengan perbuatan. Salah satunya ialah beliau selaku Ketua dari Tim Pencari Fakta Komite Umat Untuk Tolikara.
Dan umat Islam dari berbagai wilayah pun seolah tak ingin ketinggalan untuk menunjukkan rasa empatinya kepada kaum Muslimin di Tolikara. Sikap ini dapat kita lihat dari banyaknya kaum Muslimin yang menginginkan hewan qurbannya dipotong di Tolikara.
Padahal, hewan qurban yang dipotong pada saat Idul Adha untuk Tolikara adalah sapi bukan kambing. Walaupun demikian, antusiasme masyarakat untuk berqurban di Tolikara tidak surut. Tetapi, bahkan meningkat drastis.
“Dulu kambing. Tapi, begitu perkembangan jaman dan dakwah itu semakin hidup. Seluruh masyarakat itu beralih ke sapi. Kambing itu hanya digunakan untuk aqiqah.” ujar Ustad Fadlan Garamatan di AQL Islamic Center