BANDUNG (Panjimas.com) – Misteri akhwat bercadar di balik operasi penangkapan tiga aktivis Islam –Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto– di Semanggi, Solo, kini terungkap.
Awalnya, banyak pihak mencurigai Rina Marsela alias Ismi, yang sempat menginap di rumah ibunda Yus Karman di Semanggi RT 04 RW 03 Pasar Kliwon, Solo, sejak Ahad pagi (2/8/2015), sebagai bagian dari operasi intelijen. (Baca: Misteri Akhwat Bercadar di Balik Penangkapan Trio Ikhwan Solo (Aktivis Dunia Maya Wajib Baca!!!))
Pasalnya, banyak variabel yang mengarah pada hal tersebut. Misalnya, Rina kerap menanyakan siapa saja orang-orang Anshar Daulah, lalu tentang i’dad dan senjata. Setelah itu, Rina pergi meninggalkan rumah ibunda Yus pada Ahad (9/8/2015), tiga hari kemudian tiga aktivis Islam itu ditangkap Densus 88.
Kecurigaan serupa juga disampaikan oleh Ustadz Fauzan Al-Anshari. Salah seorang santrinya, sempat memberikan kesaksian tentang perilaku aneh Rina Marsela yang pernah beberapa hari nyantri di Pondok Pesantren, Anshorullah, Ciamis, Jawa Barat. (Baca: Inilah Kesaksian Santri Ustadz Fauzan Al-Anshari terkait Misteri Akhwat Bercadar)
Menurut Ustadz Fauzan Al-Anshari, dengan adanya sejumlah fakta dan kesaksian tersebut, wajar jika ada pihak-pihak yang mecurigai Rina sebagai bagian dari operasi intelijen. Bisa jadi, Rina sendiri mungkin tidak sadar jika dirinya dimanfaatkan oleh intelijen.
“Keberadaan anak ini di TKP atau lokasi penangkapan, membuat wajar bila ada prediksi atau dugaan; adakah unsur operasi intelijen yang melibatkan anak ini? Sebab dia bukan berada di satu tempat saja, di tempat saya juga demikian, tapi tempat saya steril; tidak ada senjata atau apa pun,” kata Ustadz Fauzan Al-Anshari kepada Panjimas.com,di Jakarta, Jum’at (21/8/2015).
Dalam Al-Qur’an disampaikan hukum asal zhan (prasangka) itu diharamkan, namun sebagian lagi diperbolehkan. Apalagi, prasangka atau kecurigaan itu dilakukan demi kewaspadaan dan menjaga keamanan (amniyah) dari makar musuh Allah.
جْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12).
“Kita dibolehkan untuk melakukan tindakan kewaspadaan, dalam rangka menjaga keamanan (amniyah), karena milihat pada perbuatannya. Nah, perbuatan itu seperti mengorek-ngorek, soal siapa Anshar Daulah, menanyakan senjata atau i’dad yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan atau tujuan dia di situ,” ujarnya.
Ustadz Fauzan menambahkan, mekipun sudah mengungkapkan berbagai bukti yang ada tersebut, namun sebagaimana diatur dalam syariat Islam, seorang Muslim yang dituduh diberikan porsi untuk memberikan bantahan disertai dengan sumpah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الْبَيِّنَةُ عَلَـى الْـمُدَّعِيْ ، وَالْيَمِيْنُ عَلَـى مَنْ أَنْكَرَ
“Barang bukti wajib bagi pendakwa (penuduh) dan sumpah wajib bagi orang yang tidak mengaku/terdakwa.” (HR. Al-Baihaqi).
Di sisi lain, wajib pula mengungkap dengan sebenar-benarnya tentang orang dicurigai, dalam hal ini Rina Marsela sebagai orang yang dituduh terkait operasi intelijen. Tujuannya, untuk membuktikan apakah ada keterlibatan dengan intelijen atau ia sama sekali tidak terkait, sehingga bisa memulihkan nama baiknya. (Baca: Mengendus Jejak Misteri Akhwat Bercadar)
Kesaksian Rina Marsela
Atas dasar pertimbangan syariat Islam sebagaimana diungkapkan di atas, serta tanggung jawab dalam pemberitaan yang berimbang (cover both side), jurnalis Panjimas.com, telah melakukan investigasi mendalam, terkait misteri akhwat bercadar, Rina Marsela. (Baca: Bagaimana Sosok Akhwat Bercadar Rina Marsela di Mata Ibundanya?)
Investigasi dilakukan dari mulai ke lokasi penangkapan di Solo, mendatangi sekolah Rina Marsela serta keluarganya di Baleendah Bandung. Hingga pada puncaknya, mewawancarai Yus Karman -salah satu aktivis Islam yang ditangkap Densus 88- beberapa waktu lalu dan Rina Marsela sendiri. (Baca: Astaghfirullah, Ibunda Rina Marsela Ungkap Kisah Mencengangkan, Mengapa Putrinya Kerap Kabur dari Rumah)
Pada termin pertama yang lalu, Rina Marsela mengungkapkan kronologis pertemuannya dengan Yus Karman. Kini, pada termin terakhir, Rina Marsela menanggapi tuduhan keterkaitannya dengan intelijen. (Baca: Inilah Klarifikasi Yus Karman terkait Misteri Akhwat Bercadar)
Rina Marsela sendiri mengakui bahwa dirinya memang menanyakan beberapa hal, seperti disampaikan lewat kesaksian keluarga Yus Karman dan santri Ustadz Fauzan Al-Anshari.
“Masa kita cuma tanya tentang Daulah terus diklaim intel, gimana mau tahu tentang Daulah? Cuma nanya aja, di sini ada i’dadnya ngga? Itu kan bekal nanti untuk mendidik anak-anak,” kata Rina Marsela kepada Panjimas.com, Sabtu (5/9/2015).
Rina pun membantah jika dirinya adalah bagian dari aparat intelijen. “Ana katakan ke ibu ana kalau ana memusuhi intel,” ujarnya.
Untuk membuktikan bahwa dirinya bukan intel, Rina pun mengangkat sumpah atas nama Allah, sebagaimana ia tuturkan.
“Saya bersumpah atas nama Allah, Wallahi, saya bukan intel, kalau saya intel atau jasus saya siap mendapat adzab dari Allah sepedih-pedihnya, mendapat adzab dari Allah sampai kepada keturunan saya merasakannya,” tegas Rina.
Sumpah tersebut merupakan tuntutan syariat seperti disampaikan di atas, sebagai bantahan terhadap apa yang dituduhkan pada dirinya. Dengan demikian, berakhir pula polemik tentang misteri akhwat bercadar. Pemberitaan pun sudah disajikan dari dua sisi, silahkan publik menilai dan tetap waspada inflitrasi intelijen. [AW]