CIAMIS (Panjimas.com) – Desti Anggraini, Muslimah berhijab asal Sumatera Selatan yang berhijrah ke Pondok Pesantren, Anshorullah, Ciamis demi menjaga kehormatannya, akhirnya dijemput paksa oleh orang tuanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Desti Anggraini, mantan mahasiswi Universitas Sriwijaya membuat klarifikasi di laman Facebook miliknya lantaran difitnah lewat pemberitaan media mainstream bergabung dengan Islamic State of Iraq and Sham (ISIS). (Baca: Subhanallah, Ini Pengakuan Haru Desti Anggraini yang Dituduh Gabung ISIS)
Padahal, kepergiannya ke Pondok Pesantren Anshorullah, karena tekadnya untuk menutup aurat dengan hijab secara sempurnya semata-mata ternyata ia lakukan demi menjalankan perintah Allah. Ia juga berkeinginan menghafal Al-Qur’an dan menjadi wanita shalihah agar kelak menjadi penyebab masuknya kedua orang tua Desti ke dalam surga. (Baca: Ustadz Fauzan: Desti Anggraini Hijrah ke Pesantren Untuk Menghafal Al-Qur’an dan Jaga Kehormatannya)
Sejak awal, orang tua Desti sudah menunjukkan gelagat yang buruk, padahal pihak Pondok Pesantren Anshorullah sudah menawarkan untuk menjemput Desti secara baik-baik. (Baca: Ponpes Anshorullah Persilahkan Jemput Desti, Keluarga Malah Lapor ke Media dan Polisi)
Namun, penjemputan paksa Desti akhirnya terjadi dengan sangat dramatis dan melecehkan rumah Allah. Berikut ini penuturan santri pondok pesantren Anshorullah, pimpinan Ustadz Fauzan Al-Anshari, yang diterima redaksi Rabu (9/9/2015).
Pada hari senin 7 september 2015, kami santri putri Anshorullah melakukan rutinitas sore hari yaitu setoran hafalan di masjid Anshorullah. Ketika kami sedang duduk muraja’ah hafalan, tiba-tiba salah satu santri putri memberitahukan bahwa ada rombongan mengendarai mobil warna biru lalu keluar dua orang dari kepolisian. Kemudian, menyusul seorang ibu bersama seorang laki-laki yang tidak kami kenal, begitu pula Desti Anggraini tidak mengenalnya. Mereka menanyakan perihal keberadaan Desti Anggraini.
Singkat cerita, kemudian Desti Anggraini menemui ibundanya yang disusul dengan kedatangan ayah tirinya.
Saat itu, kami melanjutkan aktivitas kami, sedangkan Desti masih berbincang-bincang dengan keluarganya dan beberapa polisi tersebut. Sampai sekitar pukul 16.30 WIB desti menemui kami yang sedang setoran hafalan. Beliau meminta pendapat apa yang harus dia lakukan; pulang mengikuti orang tua atau tetap di Anshorullah.
Ibunya mengancam jikalau Desti tidak mau pulang maka ibunya akan telanjang di depan umum. Desti mengatakan bahwa dia tidak bisa menjamin mempertahankan hijabnya karena keluarganya melarangnya untuk berhijab.
Menurut ibunya keinginan membawa Desti pulang adalah untuk menyelesaikan urusan beasiswa Bidikmisi di kampusnya.
Akhirnya kami menyarankan agar keluarganya pamit baik-baik kepada ustadzah dan para santri di masjid. Namun yang terjadi di dalam masjid, ibunya justru emosinya meledak-ledak. Keluarganya memaksa Desti untuk bergegas pulang bahkan Desti sempat diseret untuk keluar dari masjid oleh ayah tirinya yang memasuki masjid tanpa melepas alas kaki.
Orang tuanya berpikir bahwa dia dihasut oleh kami untuk tidak pulang, padahal Desti sendiri yang tidak mau pulang karena dia ingin mempertahankan akidahnya dan menuntut ilmu disini.
Kami sebagai saudara seakidahnya sangat sedih ketika melihat saudara seakidah kami diperlakukan secara kasar oleh orang tuanya. Pada akhirnya kami tidak bisa mencegah orangtua desti mengambil paksa Desti.
Semoga Desti sabar dan istiqomah
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka[18] (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati[20]; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushilat: 30). [AW]