JAKARTA (Panjimas.com) – Ustadz Ali Muchtar, Imam Masjid Baitul Muttaqin, merupakan salah satu tokoh masyarakat Muslim di Karubaga, Tolikara, Papua.
Ia sendiri merupakan korban tragedi penyerangan shalat Idul Fitri yang dilakukan oleh massa Kristen Gereja Injili di Indonesia (GIDI) pada Jum’at (17/7/2015). Rumah kios (RUKI) tempat dirinya bersama keluarga tinggal dan berjualan, hangus terbakar.
Kini ia mewakili para pengunsi korban insiden Tolikara berusaha memperjuangkan hak-haknya, untuk bisa hidup layak di tanah Papua.
Tantangan yang dihadapinya kian berat, mengingat kondisi umat Islam di Tolikara sangat minoritas dibandingkan penduduk Kristen GIDI. Setelah mengalami musibah insiden Tolikara, kini Ustadz Ali Muchtar dalam kondisi tak aman. Bukan hanya tekanan dari berbagai pihak, namun ia kini mendapatkan teror ancaman pembunuhan, sebagaimana pengakuannya.
“Iya, jadi target utama yang harus dibunuh, karena Ustadz Ali Muchtar sudah dikenal,” ujarnya saat dihubungi Panjimas.com, pada Ahad (6/9/2015).
Ancaman tersebut diterima Ustadz Ali Muchtar saat kembali dari Jawa. Para pengungsi korban insiden Tolikara, pernah didatangi pemuda yang mengancam akan membunuh Ustadz Ali Muchtar.
“Jadi sebelum saya datang ke Tolikara sudah disampaikan begitu di pengungsian. Jadi itu disampaikan ke anak-anak yang ada di pengungsian,” ungkapnya.
Ketika ditanya, dari pihak mana yang melakukan teror tersebut? ia hanya menjawab, “Orang sudah bisa menebak siapa pelakunya.”
Meski mendapatkan teror ancaman pembunuhan, Ustadz Ali Muchtar tetap tawakkal, berserah diri kepada Allah Ta’ala.
“Ya tidak apa-apa, itu biasa begitu, yang penting kita harus waspada, semoga Allah menjaga kita,” tuturnya.
Ustadz Ali -sapaan akrabnya- selama ini beraktivitas sendiri, ia tak ingin merepotkan orang lain, sehingga dirinya mengaku belum memerlukan pengawalan. Ia juga tak mau berandai-andai dan memikirkan ancaman itu terlalu jauh. Baginya yang terpenting adalah nasib para pengunsi dan kondisi di Tolikara bisa tetap rukun, sehingga bisa menjalani hidup seperti biasa.
“Ya semoga keputusan ke depan tidak merugikan keduabelah pihak,” harapnya.
Semoga Allah Ta’ala melindungi Ustadz Ali yang dikenal sebagai sosok yang begitu tawadhu dan polos. [AW]