DEPOK (Panjimas.com) – Sepekan sebelum Densus 88 beraksi menangkap tiga aktivis Islam –Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto– secara brutal, di kawasan Semanggi Solo dihebohkan dengan kehadiran akhwat misterius. (Baca: Misteri Akhwat Bercadar di Balik Penangkapan Trio Ikhwan Solo (Aktivis Dunia Maya Wajib Baca!!!))
Wanita bercadar itu bernama Rina Marsela alias Ismi dengan identitas pelajar dari sekolah di SMP Negeri 2 Baleendah, Bandung. (Baca: Benarkah Sosok Akhwat Bercadar Misterius Rina Marsela Seorang Pelajar dari Bandung?)
Wanita bercadar yang mengaku berasal dari Bandung, Jawa Barat ini menginap selama sepekan sejak Ahad pagi (2/8/2015), di rumah ibunda Yus Karman yang terletak di Semanggi RT 04 RW 03 Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Sebelumnya, pemberitaan terkait misteri akhwat bercadar ini, sempat menimbulkan kegaduhan dan simpang siur. Untuk itulah redaksi Panjimas.com meminta maaf bila ada kesalahan dalam pemberitaan.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Panjimas.com melakukan investigasi mendalam guna meluruskan pemberitaan, kali ini meminta keterangan kepada Yus Karman, korban penangkapan Densus 88 yang sempat menampung Rina Marsela di rumah ibunya.
Yus Karman pun memberikan klarifikasinya terkait akhwat bercadar tersebut dengan sejujur-jujurnya. Ia menyatakan tak tahu persis siapa sosok Rina Marsela, karena hanya mengenalnya lewat media sosial.
“Saya tidak tahu persis, saya selama ini tidak pernah tidur di rumah ibu saya, saya tidurnya di mushalla,” kata Yus Karman kepada Panjimas.com, Jum’at (4/9/2015).
Adapun, ketika ditanya perihal Rina Marsela yang tak pernah shalat, Yus mengaku tak tahu menahu, sebab ia jarang berinteraksi dengannya.
Yus menambahkan, kedatangan Rina Marsela ke Solo tujuannya untuk bertemu dengan temannya di Ngruki, Sukoharjo.
“Pertama kali saya konfirmasi sama majikan saya kalau ada akhwat yang mau ke rumah temannya di daerah Ngruki, dia tidak ada yang jemput, yang dia kenal di Solo ini cuma saya, lalu dia telepon saya, tapi saya bingung mau jemput atau tidak. Dia minta tolong, tidak ada yang jemput, temannya tidak aktif hpnya, ya terpaksa saya jemput,” jelasnya.
Yus, sebagai pemuda Muslim tak memiliki niatan apa pun, kecuali untuk menolong Rina Marsela.
“Sekitar shubuh di stasiun Solo Balapan, sekitar jam 05.00 WIB, dia bawa tas besar, saya konfirmasi ke adik saya suruh ajak jemput tapi dia repot, artinya biar sama ada perempuannya gitu lho. Tapi dia telepon terus minta tolong, tidak ada uang. Katanya siang nanti dia mau dijemput sama temannya itu,” ungkapnya.
Yus Karman tak tega mendengar seorang Muslimah yang mengalami kesulitan dan terlantar. Dengan polosnya, Yus Karman terpaksa menjemput sang akhwat seorang diri.
“Iya naik motor, boncengan. Saya antar ke rumah adik saya, lalu saya tinggal. Sama adik saya lalu diantar ke rumah orang tua,” tuturnya.
Meski demikian, Yus sadar bahwa kedatangan akhwat tersebut berpotensi menimbulkan fitnah. Namun, ibu Yus Karman begitu berbaik hati, mempersilahkan Rina Marsela tinggal di rumahnya.
“Ibu saya kasihan, dia bilang tinggal di sini saja Yus, biar ibu yang ngurus,” ucapnya.
Sementara itu, Yus Karman juga menyampaikan bantahan, bahwa dirinya bukanlah calon suami Rina Marsela dan tak ada niatan untuk menikahinya.
“Saya tidak ada niatan itu, ibu saya tidak tahu. Dia punya calon sendiri, katanya dia mau menikah dengan orang mana gitu,” imbuhnya.
Tiga hari sebelum penangkapan, Rina Marsela meninggalkan rumah ibunda Yus Karman, pada Ahad (9/8/2015).
“Perginya itu dia katanya pamit, dia dijemput sama temannya itu, karena dia bawa teman akhwat ke situ beberapa kali,” tutupnya. [AW]