“Dolar AS kembali terapresiasi terhadap rupiah seiring dengan rilis data pekerja Amerika Serikat versi ADP (Automatic Data Processing) yang memberi harapan akan terjadinya kenaikan suku bunga the Fed di bulan September ini,” kata Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong.
Saat ini, dia menjelaskan, investor sedang menantikan data penggajian non-pertanian (Non-Farm Payrolls/NFP) Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis Jumat (4/9) untuk melihat kondisi terkini pasar tenaga kerja negara itu.
“Proyeksi data NFP akan ada kenaikan, begitu juga dengan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang diperkirakan turun. Jika proyeksi itu benar maka akan menandai berita positif terhadap Amerika Serikat yang mendukung penguatan dolarnya. Tapi jika dirilis sebaliknya maka tekanan turun terhadap dolar AS dapat terjadi,” katanya.
Di sisi lain, ia menjelaskan, sebagian investor juga masih dibayangi kebimbangan menyusul data sektor manufaktur yang menurun.
Situasi itu membuat kenaikan tingkat suku bungathe Federal Reservebelum terlalu jelas kapan atau jadi tidaknya tahun ini.
“Ketidakpastian membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah menjadi kurang menarik,” katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan tekanan rupiah diperkirakan sedikit mereda seiring dengan semakin aktifnya intervensi Bank Indonesia di pasar valas domestik.
Ia mengatakan stabilisasi di pasar surat utang negara (SUN) juga mulai terlihat mengikuti ekspektasi inflasi serta harga komodtias yang turun walaupun pelemahan rupiah tetap akan menjagayieldSUN tinggi ke depan.
“Intervensi BI itu akan membuat tekanan terhadap rupiah berpeluang sedikit mereda,” katanya.