TEHERAN, (Panjimas.com) – Film karya sineas Iran tentang riwayat Muhammad sebelum menjadi nabi membuat kontroversi bagi umat Islam. Film berdurasi 171 menit itu menuai banyak pujian publik syiah Iran, tapi memicu kemarahan dari ulama Sunni di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Film karya Majid Majidi berjudul “Muhammad” itu dibuat dengan anggaran hingga USD 40 juta (dolar Amerika Serikat) atau sekitar Rp559 miliar. Itu tergolong film termahal yang pernah diproduksi oleh industri film Iran.
Ulama Sunni di Al-Azhar, Profesor Abdel Fattah Alawari, marah dan mengecam film itu meski bercerita tentang sosok Muhammad sebelum menjadi Rasul. Menurutnya, sosok Muhammad yang jadi nabi tetap tidak boleh digambarkan secara fisik.
”Hal ini sudah ketetapan. Syariah melarang mewujudkan sosok nabi,” kata dekan fakultas teologi Islam Universitas Al-Azhar itu, dalam sebuah pernyataan.
”Hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam bahwa seseorang, seorang aktor, memiliki peran yang kontradiktif dan bertentangan; kadang-kadang kita melihat dia sebagai sosok pemabuk buta, kadang-kadang sebagai sosok mata keranjang dan kemudian ia mewujudkan sosok nabi. Ini tidak diperbolehkan,” lanjut dia, seperti dilansir Russia Today, Jumat (28/8/2015).
Kendati demikian, Majidi mengatakan bahwa, dia tidak membuat film itu untuk jadi kontroversi politik dan agama, melainkan untuk mengakhiri konflik geopolitik.
”Saya memutuskan untuk membuat film ini untuk melawan gelombang baru Islamophobia di Barat. Interpretasi Barat tentang Islam penuh dengan kekerasan dan terorisme,” katanya menjelang premier film internasional film di Festival Film Montreal.
”Sayangnya saat ini kesan Islam adalah agama yang radikal, fanatik, dan kekerasan. Tindakan barbar dari terorisme yang dilakukan oleh kelompok teroris berkedok Islam yang tidak berhubungan dengan Islam,” imbuh Majidi menyindir pelaku kekerasan yang menagatasnamakan Islam seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Film ini telah dibuka di 143 bioskop di Iran. Wartawan lokal melaporkan hampir setiap bisokop penuh selama pemutaran awal film itu.[sindo]