SOLO, (Panjimas.com) – Munculnya faham Islam Nusantara beberapa waktu ini telah membuat beberapa tokoh Islam gerah. Faham ini disinyalir merupakan “produk baru” orang-orang liberal. Istilah ini di kampanyekan karena paham liberal di masa sekarang ini sudah tak laku.
Di Masjid An Nimah Ahad (30/8) digelar sebuah tablig akbar yang membahas tentang Islam Nusantara. Hadir sebagai pembicara pada malam itu Ketua DSKS (Dewan Syariah Kota Surakarta) Ust Dr Muinudinillah Basri MA.
“Apakah perlu Islam itu di Nusantarakan, masalah apa yang tidak cocok dari ajaran Islam sehingga perlu disesuaikan?” tanya ust Muindinillah di depan peserta kajian.
Jika konsep itu dikembangkan maka dikemudian hari akan muncul Islam Cina, Islam Eropa dan lain sebagainya. Islam sendiri hadir didunia ini tidak hanya untuk nusantara namun seluruh alam seisinya. Jika ingin mencocokkan dengan Nusantara maka itu akan bertentangan dengan Al quran.
Indonesia sendiri dibangun karena darah para pejuang Islam. Disitu ada Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, Bung Tomo dan lain sebagainya. Dengan demikian sudah tak perlu lagi dipersoalkan karena Islam hadir di Indonesia untuk sebuah kebaikan.
Jauh sebelum itu Walisongo datang ke nusantara untuk mengenalkan ajaran Islam dan itu diterima oleh mayoritas masyarakat. Jadi sangat aneh jika saat ini ada yang mengusulkan konsep Islam Nusantara degan dalih untuk menyesuaikan masyarakat Indonesia.