SURABAYA, (Panjimas.com) – Beberapa waktu yang lalu digelar seminar kerukunan umat beragama diantaranya membahas tentang aliran kepercayaan. Para anggotanya ada yang mengusulkan agar dijadikan sebuah agama. Menanggapi hal ini Dr. Tengku Zulkarnain, MA memberikan kritikannya dihadapan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin diacara Munas IX MUI Selasa (25/8).
“Saya berikan masukan kepada menteri agama. Agar hal ini disikapi dengan hati-hati. Sebab dijaman Gus Dur pernah kecolongan. Bahwa konghucu diakui sebagai agama. Padahal konghucu itu bukan agama. Di Tiongkok sendiri Konghucu itu budaya agamanya Tao.” Ujarnya saat ditemui reporter panjimas.com di Hotel Garden Palace Surabaya Rabu (26/8).
Ketika saya keliling Cina masyarayakatnya bertanya kepada kami, bagaimana Indonesia bisa mengakui Konghucu sebagai agama. Sedangkan di Cina yang merupakan keliharian Konghucu bukan diakhui sebuah agama.
Aliran kepercayaan kan ada yang sempalan agama besar. Contohnya adanya inkar sunnah, yang hanya mengakui Al quran tidak mengakui hadist ini sangat berbahaya. Dulu tahun 1974 juga ada aliran sesat dari Kristen yang bernama Childreen of God yang membolehkan zina bahkan didalam gereja. Akhirnya umat kristen mengadu ke Presiden Soeharto saat itu dan akhirnya langsung dibubarkan.
“Oleh karena itu harus berhati-hati jangan aliran kepercayaan dijadikan agama. Karena untuk menjadi agama ada syaratnya. Diantarnya memiliki kitab suci, nabi, syariat, ilmu tauhidnya dan lainnya.” Ujarnya.
Bahayanya di Indonesia ini ada 300 aliran kepercayaan. Jika itu diakui sebagai agama bisa berbahaya. Jika satu agama tersebut minta hari raya satu hari saja mungkin selama setahun kita tidak bekerja karena tanggal merah.
Mereka (penganut kepercayaan) katakan kita harus akui semua perbedaan seperti taman bungan indah berwarna-warni kalau contohnya taman bunga. Kalau contohnya makanan semua menu dimakan tentu juga tidak nyaman. Jangan sampai seperti itu ini masalah krusial dan penting.