BANDUNG (Panjimas.com) – Sosok Rina Marsela, akhwat bercadar misterius yang menjadi sorotan media, termasuk Komnas HAM, perlahan mulai terkuak.
Paska penangkapan aktivis Islam Solo –Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto, keluarga sejumlah pihak sempat curiga dengan sosok Rina Marsela. (Baca: Misteri Akhwat Bercadar di Balik Penangkapan Trio Ikhwan Solo (Aktivis Dunia Maya Wajib Baca!!!))
Pasalnya, setelah sempat tinggal selama sepekan di rumah ibunda Yus Karman, Rina pergi tanpa pamit. Tiga hari kemudian, setelah kepergiannya, Densus 88 beraksi mencokok tiga aktivis Islam Solo pada Rabu (12/8/2015). Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto dituduh teroris dengan tudingan akan melakukan aksi pemboman tepat pada Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2015. (Baca: Mengendus Jejak Misteri Akhwat Bercadar)
Tak hanya itu, kecurigaan terhadap Rina kian bertambah ketika salah seorang santri Pondok Pesantren Anshorullah, di Ciamis, yang diasuh oleh Ustadz Fauzan Al-Anshari, turut memberikan kesaksian terhadap Rina Marsela. Dimana, sebelumnya Rina sempat mondok beberapa hari di pesantren tersebut. (Baca: Inilah Kesaksian Santri Ustadz Fauzan Al-Anshari terkait Misteri Akhwat Bercadar)
Melihat berbagai kecurigaan, mulai dari kesaksian santri di pesantren Anshorullah dan kasus penangkapan di Solo, jurnalis Panjimas.com, berusaha mengendus jejak Rina Marsela di tempat ia sekolah. Alamat sekolah tersebut diketahui dari fotocopy kartu pelajar yang ditinggalkan Rina saat melapor pada ketua lingkungan setempat.
Dari identitas yang tertera, kartu pelajar tersebut dikeluarkan oleh SMP Negeri 2 Baleendah, yang beralamat di Jalan Siliwangi, Baleendah, Bandung, Jawa Barat.
Nama pemilik kartu pelajar itu tertera Rina Marsela, dengan nomor induk siswa 1213.7.184. Ia lahir di Bandung pada 31 Januari 2001 yang artinya usia Rina Marsela adalah 14 tahun. Jenis kelamin perempuan, beragama Islam dan tinggal di Komplek Graha Sari Endah, Baleendah, Bandung.
Setelah mendapatkan bukti dokumen tersebut, jurnalis Panjimas.com, bergegas dari Solo menuju Bandung menggunakan jalur darat pada Rabu (19/8/2015) dan tiba Kamis (20/8/2015) pagi hari.
Usai beristirahat melepas lelah sejenak, pagi itu juga langsung menuju lokasi SMPN 2 Baleeendah.
Jelang siang, Jurnalis Panjimas.com tiba di SMPN 2 Baleendah, Ahmad Yamin, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan, menyambut di ruang kerjanya.
Tanpa basa-basi, sejumlah pertanyaan pun disampaikan, diantaranya tentang apakah Rina masih berstatus pelajar di SMPN 2 Baleendah? Ahmad Yamin mengungkapkan bahwa Rina Marsela memang pernah menjadi pelajar atau siswi di SMPN 2 Baleendah, namun Rina baru saja lulus sekolah sejak bulan Juni 2015 lalu. Sehingga kartu pelajar yang dipegang Rina itu kini tak lagi berlaku.
“Iya benar, dia pernah sekolah di sini tapi sudah lulus tahun ini,” kata Ahmad Yamin kepada jurnalis Panjimas.com di ruang kerja SMPN 2 yang terletak di Jalan Siliwangi, Baleendah, Bandung, Jawa Barat, pada Kamis (20/8/2015).
“Dia sekolah di sini mulai dari kelas satu, tahun ajaran 2012/2013, sampai selesai tahun 2015,” imbuhnya.
Menurut wakil kepala sekolah yang bertanggung jawab atas para siswa, prestasi Rina Marsela terbilang biasa-biasa saja. Tak ada hal mencolok selama Rina belajar di SMPN 2 Baleendah.
“Prestasinya biasa-biasa saja, dia belajar di sini ya masuk tiap hari,” ujarnya.
Adapun sikap Rina yang mulai mengenakan cadar dan mengenal tentang jihad menurut Yamin tidak didapatnya dari sekolah.
“Setahu saya kalau di sini terpantau, tidak tahu kalau di luar sekolah,” tuturnya.
Yamin juga mengungkapkan jika dirinya cukup kaget dengan berita penangkapan tiga orang di Solo yang kemudian menjurus adanya dugaan keterkaitan Rina dengan konspirasi intelijen.
“Iya saya juga keget,” ucapnya.
“Kalau dia digalang pihak intelijen saya tidak tahu itu,” tutupnya.
Diskusi dengan Wakil Kepala Sekolah, Ahmad Yamin, tak bisa berlangsung lama lantaran jam belajar telah usai dan para siswa mulai pulang ke rumah masing-masing.
Setelah mendapatkan sejumlah keterangan dari Wakil Kepala Sekolah, jurnalis Panjimas.com melanjutkan investigasi dengan mengunjungi rumah keluarga Rina Marsela di Graha Sari Endah, Baleendah, Bandung.
Dari pertemuan dengan keluarga Rina Marsela, ada hal mencengangkan berdasarkan kesaksian Ibunda Rina. [AW]