CIAMIS (Panjimas.com) – Desti Anggraini, mantan mahasiswi Universitas Sriwijaya membuat klarifikasi terkait dirinya yang diberitakan media mainstream bergabung dengan Islamic State of Iraq and Sham (ISIS).
Tribun Sumsel misalnya, memberitakan bahwa Desty diduga telah bergabung dengan ISIS, pada Selasa (18/8/2015).
“Dugaan kuat sang anak gabung di kader ISIS tersebut, dikarenakan Desti bergabung ke salah satu pondok pesantren di Ciamis Jawa Barat yang telah terindikasi mencetak kader-kader ISIS,” demikian kutipan berita tersebut.
Pemberitaan senada juga disampaikan pula Merdeka.com, “Terputusnya kontak dengan anaknya sejak 15 Agustus 2015 lalu, membuat Nurhasanah (45) khawatir. Dia takut, putrinya, Desty Anggraini (21) ikut bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS),” demikian tulis media online tersebut pada Rabu (19/8/2015).
Menanggapi pemberitaan miring tentang dirinya, Desti Anggraini menyampaikan klarifikasinya yang diunggah pada hari Kamis (20/8/2015) kemarin.
Dalam klarifikasinya, Desti jauh dari yang digambarkan media mainstream. Keinginannya untuk menutup aurat dengan hijab secara sempurnya semata-mata ternyata ia lakukan demi menjalankan perintah Allah. Ia juga berkeinginan menghafal Al-Qur’an dan menjadi wanita shalihah agar kelak menjadi penyebab masuknya kedua orang tua Desti ke dalam surga.
Subhanallah, begitu haru pengakuan Desti Anggraini, berikut ini selengkapnya:
PERNYATAAN KLARIFIKASI
Desti Anggraini terhadap Berita Fitnah dari Tribun Sumsel dan Merdeka.com
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
Saya Desti Anggraini pemilik resmi akun FB UmmuSumayyah (Desti devon Anggraini) yang juga merupakan mantan mahasiswi FKIP PAUD angkatan 2012 UNSRI, membuat pernyataan ini secara sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
Keputusan untuk keluar dari kampus dan belajar ke pondok Anshorullah, Ciamis, Jawa Barat bukanlah tanpa alasan semua di mulai dari banyaknya permasalahan yang timbul sejak saya memutuskan untuk mengaplikasikan perintah Allah Azza wa Jalla pada surat Al-Ahzab ayat 59
“Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, dan anak-anakmu, dan istri orang-orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara mayoritas jumhur ulama’, yang mengatakan penggunaan cadar adalah wajib dan lainnya mengatakan sunnah. Tetapi saya lebih memilih untuk mengenakannya, karena saya tidak ingin menjadi penghambat terbukanya pintu syurga bagi kedua orang tua terutama ayah saya yang sudah tiada, seperti kita ketahui bahwa anak perempuan dapat menjadi sebab bagi orang tua untuk memasuki pintu syurga apabila ia mematuhi syariat Allah. Tetapi dapat juga menjadi sumber fitnah terbesar apabila dia tidak menjaga izzah dan iffahnya.
Permasalahan-permasalahan yang menghampiri saat menggunakan cadar datang dari semua pihak, saat di kampus terdengar kabar bahwa akan adanya pemberhentian dari pihak kampus atau saya harus melepas cadar saya. Belum lagi pihak yang menakut-nakuti bahwa wanita bercadar itu rentan di culik intel yang biasanya menjatuhkan vonis tuduhan menyiksa bahkan membunuh tanpa alasan yang jelas.
Seiring berjalannya waktu saya sering dipanggil oleh dosen perihal cadar yang saya gunakan mereka mengatakan “apabila masih ingin berada di kampus kamu harus mengikuti aturan di kampus” qadarullaah mantan kampus saya tercinta berada di bumi Allah jadi otomatis seharusnya kita harus mengikuti aturan Allah. Terlepas dari wajib atau sunnahnya perintah cadar bagi jumhur ulama’ yang jelas saya tidak melanggar syari’at.
Dari tekanan-tekanan yang saya rasakan kemudian saya mengambil keputusan untuk berhijrah demi menyelamatkan iman karena saya juga adalah manusia yang tidak bisa menjamin untuk mempertahankan keimanan saya apabila berada di lingkungan yang penuh dengan syubhat dalam mempertahankan syari’at dien yang haq ini.
Kalaupun saya ingin melanjutkan kuliah saya, pada akhirnya saya juga ingin belajar di pondok dan fokus menempa diri untuk menjadi muslimah yang taat pada suami. Apabila saya menjadi wanita karir seperti yang banyak orang harapkan pada saya maka itu bukanlah cita-cita saya, karena pendidikan anak pada masa golden age merupakan momen-momen yang sangat berharga yang harus di maksimalkan karena pada usia tersebut perkembangan otak anak tumbuh sangat pesat apa jadinya ketika masa golden age tersebut anak-anak saya nantinya ditemani oleh pengasuh atau orang lain sehingga saya tidak bisa mengambil alih dalam mendidik generasi yang akan siap menyambut kemenangan Islam yang sudah dijanjikan.
Kepergian saya ke pondok Anshorullah pada tanggal 6 Agustus 2015, sekitar pukul 6.30 WIB pagi mendapatkan izin dari orang bahkan diantar langsung oleh ayah tiri saya. Saat keberangkatan bus saya juga mengabari ibu saya via telpon dan meminta doanya, pun setelah sampai di pondok saya juga memberi kabar kepada ibu saya.
Setelah satu minggu saya berada di pondok ibu saya menelpon saya awalnya beliau hanya menanyakan kabar dan kegiatan saya di pondok, lalu tiba-tiba dengan nada bicara seperti ketakutan ibu meminta saya untuk pulang. Sebelumnya pada malam hari sebelum ibu menelpon saya, salah seorang teman mengirimkan pesan singkat berisikan perintah untuk saya segera menelpon dosen yang qadarullah saat itu sedang sakit dan semoga Allah memberikan kesembuhan padanya. Dosen saya tersebut menjanjikan untuk mempermudah urusan PPL saya di kampus seperti menempatkan saya ke TK yang tidak ada pengajar laki-lakinya.
Setelah kejadian tersebut salah satu pihak keluarga menghubungi saya via BBM yang memaksa saya untuk pulang dan melanjutkan kuliah serta menyuruh saya untuk bisa menjadi wanita karir agar dapat menaikkan derajat keluarga dalam ukuran dunia.
Jelas saja saya menolak dan beliau langsung memvonis bahwa saya memiliki ideologi sesat, dan saya telah di hipnotis (dicuci otak), banyak sekali hujatan beliau yang menyakitkan hati saya, bahkan mengatakan bahwa saya adalah anak durhaka. Padahal jelas saya disini hanya ingin menjadi penghafal Al-Qur’an sehingga dapat memberikan hadiah berupa mahkota kepada kedua orang tua saya kelak di syurga.
Saat itu juga ibu sering menghubungi saya meminta saya untuk pulang. Beberapa kali saya berusaha untuk menjelaskan kepada ibu saya untuk tetap tenang dan jangan mudah percaya atas provokasi yang dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak tersebut terdiri dari beberapa orang yang bahkan tidak pernah menjalankan shalat wajib 5 waktu, namun dengan sombongnya dia berbicara soal agama dan memvonis saya mengikuti aliran sesat.
Komuikasi saya dengan ibu tidak berjalan dengan lancar. Ibu sendiri seolah tidak ingin mendengarkan penjelasan dari saya. pada akhirnya saya merasa lelah dan mencoba kembali untuk menghubungi ibu tetapi telpon saya tidak di angkat dan akhirnya tidak bisa dihubungi lagi, dari situ saya merasa kecewa dan tidak mengaktifkan HP selama 24 jam, hingga timbulah berita-berita di media yang seolah opini publik ingin digiring pada pemahaman saya yang disebut radikal. Terbukti dengan penyebutan “bendera hitam tulisan arab” terhadap bendera tauhid yang dipajang dikamar kostan saya, padahal semua muslim juga tau bahwa tulisan itu adalah dua kalimat syahadat yang mengajak untuk mentauhidkan Allaah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
Ekspresi ibu dalam video yang di share oleh Tribunnews.com seolah ada yang sedang menuntun ibu untuk berbicara di hadapan kamera serta terucap kalimat pernyataan “perekrutan kader-kader ISIS” padahal ibu saya adalah orang awam dan tidak biasa menggunakan bahasa-bahasa seintelek itu.
Dan himbauan saya kepada semua pihak yang tidak mengetahui kebenaran kabar ini tolong jangan ikut memprovokasi publik dengan menggiring opini dengan hal-hal yang dapat merusak citra agama islam dan bagian-bagian syariatnya, salah satunya adalah cadar.
Tadabur Q.S Al-Hujurat: 6
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan dan kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”
QS At-Taubah: 65
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab ” sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. “Katakanlah, ‘mengapa kepada Allaah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok. Tidak.perlu kamu meminta maaf karena kamu telah kafir setelah beriman”. Jika kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat),niscaya kami akan mengadzab golongan yg lain. Karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa.
Sekian pernyataan dari saya yang tak luput dari kesalahan, saya meminta maaf jika terdapat pernyataan dari saya yang menyakiti pihak-pihak tertentu karena ini saya lakukan untuk memngklarifikasi fitnah yang sedang tersebar. Jazakumullah khairan kepada semua pihak-pihak yang telah membantu berupa do’a maupun perbuatan semoga selalu mengikuti jalan yang lurus.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Al-Faqir
Desti Anggraini