ISTANBUL, (Panjimas.com) – Seratusan tokoh Islam dari beberapa negara deklarasikan respons umat Islam terhadap malapetaka dunia, perubahan iklim dan pemanasan global sejak 18 Agustus. Mereka terdiri dari para ulama, cendekiawan, dan aktifis lingkungan Muslim. Dari Indonesia hadir Prof. Din Syamsuddin (Ketua Umum MUI Pusat) dan Dr. Fachruddin Mangunjaya (Wakil Direktur Pusat Studi Islam Universitas Nasional), serta ada juga Nana Firman, aktifis Green Faith, asal Indinesia yang bermukim di AS.
Setelah berdiskusi selama dua hari dalam International Symposium on Islamic Climate Change, mereka mengeluarkan deklarasi tentang pandangan dan sikap umat Islam terhadap masalah perubahan iklim. Pada intinya deklarasi menegaskan keprihatinan umat Islam sedunia terhadap krisis iklim dan lingkungan hidup global yang telah membawa dampak buruk serius terhadap kehidupan dan peradaban umat manusia, seperti adanya panas ekstrim yang melanda beberapa negara seperti India, Pakistan, dan Mesir yang telah membawa korban.
Berdasarkan ajaran Islam yang menekankan tauhid atau kesatuan penciptaaan yang karenanya alam memiliki dimensi suci, dan manusia berfungsi sebagai wakil Tuhan di muka bumi, maka dekkarasi menyerukan umat manusia untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dan menghentikan perbuatan-perbuatan merusak lingkungan hidup. Deklarasi juga mendesak kepada pemerintah negara-negara di dunia untuk menekan peningkatan emisi dan efek rumah kaca serendah mungkin.
Din Syamsuddin yang ikut jadi narasumber pada simposium tersebut menjelaskan bahwa Islam adalah agama alam (religion of nature) dan membawa pesan kerahmatan dan kesemestaan (rahmatan lil alamin). Maka, seyogyanya umat Islam tampil sebagai leader dalam menanggulangi kerusakan global yang bersifat akumikatif.
“Sistem dunia dan negara-negara industri berinvestasi pada pemanasan global dan perubahan iklim, maka oleh karena itu perlu perubahan sistem dunia dan turunannya dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, dengan suatu sistem alternatif.” .” Ujarnya melalui release yang dikirimkan ke redaksi. Kamis (20/8).
Sistem baru ini perlu bertumpu pada nilai-nilai moral dan etika keagamaan. Dalam kaitan ini, perlu dirumuskan nilai-nilai etika bersama (shared ethical values) untuk penanggulangan perubahan iklim dan pemanasan global tersebut.
Deklarasi dan pikiran-pikiran dari Simposium Istanbul ini akan disampaikan pada forum dunia lanjutan, antara lain, Konferensi Agama-Agama untuk Pembangunan Berkelanjutan di Bristol, Inggris, 8-9 September, dan COP 2015 di Paris yang melibatkan wakil-wakil negara dan masyarakat madani dari seluruh dunia. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan Fachruddin Mangunjaya yang akan menghadiri forum itu berjanji akan terus menyuarakan pandangan-pandangan Islam dan pengalaman Indonesia untuk dunia.