BEIRUT (Panjimas.com) – Pemerintah Suriah dilaporkan telah melakukan kejahatan perang terhadap warga yang terkepung di Goutha Timur pinggiran ibu kota Damaskus dengan pemboman udara.
Amnesti Internasional mengatakan hal itu menimbulkan penderitaan akibat blokade rezim, Rabu (12/8). Dalam sebuah laporan terbaru, kelompok hak asasi manusia mengatakan sekitar 163 ribu orang di wilayah itu terlibat dalam sebuah perjuangan menyakitkan untuk bertahan hidup.
Amnesti menyoroti tidak hanya pelanggaran rezim tetapi juga pelanggaran oleh kelompok pemberontak di wilayah itu yang dilaporkan menimbun makanan, melaksanakan penangkapan sewenang-wenang, dan melancarkan serangan membabi buta.
Ghouta Timur telah dikepung pemerintah selama hampir dua tahun di mana pasukan rezim melakukan pengetatan blokade dalam beberapa bulan terakhir. Pembatasan tersebut telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mengerikan dengan makanan dan kekurangan medis.
Selain pembatasan di darat, Ghouta Timur juga secara teratur mengalami pemboman udara dari rezim. Amnesti mengatakan memiliki bukti kejahatan perang yang dilakukan pemerintah di Ghouta Timur.
Amnesti menyatakan pengepungan rezim di daerah itu dikombinasikan dengan pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil yang terkepung sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Direktur Program Amnesti Internasional di Timur Tengah dan Afrika Utara Said Boumedouha mengatakan bagi banyak warga di Ghouta Timur, kehidupan dengan kesulitan dan penderitaan telah menjadi pengalaman yang berkepanjangan.
“Dengan berulang kali membom daerah padat penduduk dalam serangkaian serangan langsung tanpa pandang bulu dan tak proporsional serta melawan hukum dengan mengepung warga sipil, pasukan pemerintah Suriah telah melakukan kejahatan perang dan menampilkan perasaan jahat terhadap warga sipil Ghouta Timur itu,” kata Boumedouha.
Amnesti mengatakan sedikitnya 60 serangan udara di Ghouta Timur pada semester pertama 2015 yang menewaskan sekitar 500 warga sipil.
“Waktu dan lokasi serangan ini sengaja diatur untuk memaksimalkan kerusakan atau korban sipil dalam upaya mengerikan oleh pasukan pemerintah Suriah untuk meneror penduduk di sana,” kata Boumedouha. [AW/ROL]