BEKASI (Panjimas.com) – Ustadz Syamsudin Uba mengisahkan bagaimana dirinya bersama dua orang ikhwan yang sempat ditangkap oleh aparat TNI dan Polri.
Imron, rekan Ustadz Syamsudin Uba, ditangkap hanya lantaran mengecat rumahnya dengan bendera tauhid.
“Salah seorang dari kami yang ditangkap, namanya Imron, rumahnya ditulisi kalimat tauhid, lalu dikepung oleh TNI dan Polisi lalu dibawa ke Polda NTT. Padahal itu rumah pribadi. Aparat menuduh itu bendara ISIS, lalu dibantah bahwa itu adalah bendera tauhid,” kata Ustadz Syamsudin Uba saat ditemui usai mengikuti aksi dama Parade Tauhid Bekasi di GOR Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Ahad (9/8/2015).
Begitu sigap aparat menangkap Imron yang mengecat rumahnya dengan bendera tauhid dan dituding terkait ISIS.
Sementara di sisi lain, bendera Zionis Israel, negara teroris yang menjajah umat Islam Palestina dan tak mempunyai hubungan diplomatik dengan dengan Indonesia, bertebaran di NTT mapun di Papua, tapi dibiarkan aparat begitu saja.
“Dia bersama kami di Polda selama lima hari, hanya gara-gara menuliskan kalimat tauhid di rumahnya. Tetapi di Papua, di Kupang dan di Alor, bendera Zionis itu menempel di mobil-mobil,” ujarnya.
Hal itulah yang dipertanyakan Ustadz Syamsudin Uba kepada para penyidik yang menangkapnya kala itu.
“Kenapa mereka yang memasang bendera-bendera Zionis di Kupang dan di Alor itu tidak ditangkap? Tapi kami sebagai umat Islam yang berakidah, memasang bendera tauhid, kami malah ditangkap? Kami pertanyakan kepada aparat seperti itu,” tuturnya.
Menurutnya, pembiaran bertebarnya simbol dan bendera Zionis Israel oleh aparat TNI/Polri dan penangkapan para aktivis Islam yang memasang bendera tauhid, bukan lagi sekedar sikap diskriminatif.
“Ini bukan lagi diskriminasi, tetapi ini adalah cara mereka untuk mematikan orang-orang yang bertauhid. Buktinya, kami ceramah dengan materi seperti itu, lalu dituding sebagai anggota ISIS, ini berita palsu!” tandasnya. [AW]