MALANG (Panjimas.com) – Sejumlah aktivis Islam Se Jawa Timur mendatangi Lapas Lowok Waru Malang untuk melakukan Aksi advokasi dan solidaritas terkait Kedzaliman yang dialami oleh napi mujahidin.
Sebelumnya beredar kabar perkelahian antara sipir penjara dengan Napi Mujahidin yang akhirnya memicu perkelahian antara napi mujahidin dan napi umum yang diduga kuat akibat provokasi yang dilakukan pihak pihak terkait yang benci dengan Islam.
Perkelahian Napi umum dan Napi Mujahidin di Lapas Lowok Waru Sabtu kemarin, belum bisa diterima olah para
aktifis Islam Jawa Timur terlebih mengakibatkan dipindahkannya 9 napi mujahidin keberbagai wilayah lapas di Jawatimur yaitu ke lapas Madiun,Porong,Pamekasan,Lumajang dan Probolinggo.
Dan sebagai bentuk solidaritas tersebut, sejumlah aktivis Islam Jawa Timur mendatangi Lapas Lowok Waru dan bertemu dengan pimpinan lembaga pemasyarakatan ini untuk melakukan advokasi dan klarifikasi atas apa yang dialami napi Mujahidin.
Setelah melakukan orasi dan tuntutan maka disepakati diadakan pertemuan tertutup dengan pimpinan Lapas Lowok Waru , Polres Malang Kota dan perwakilan aktifis Islam Jawa Timur. Dalam pertemuan tersebut berhasil dihadirkan sipir penjara yang terlibat masalah dengan Napi Mujahidin untuk di mintai keterangan secara langsung untuk mencari fakta yang sesungguhnya. Dan diakui oleh pihak Lapas adanya konsentrasi masa napi umum untuk melakukan penyerangan kepada napi Mujahidin, akan tetapi pihak lapas tidak mengakui adanya provokasi yang dilakukan oleh sipir yang benci akan Islam.
Dalam pertemuan tersebut pihak Lapas juga memberikan jaminan seluruh barang barang Napi Mujahidin dalam kondisi aman dan akan dikembalikan sepenuhnya kepada perwakilan yang ditunjuk dan ditugaskan oleh aktivis Islam Jawa Timur.
Selepas pertemuan tertuptup dilakukan, koordinator aktivis Islam Jawa Timur Ustadz M Romly menyampaikan hasil pertemuan kepada kaum muslimin yang hadir dalam aksi tersebut. Sambil meneriakan takbir Aktivis Islam Jawa timur juga mengecam aksi penganiayaan terhadap umat Islam pada umumnya seperti halnya yang terjadi di Tolikara papua, penganiayaan terhadap umat islam oleh Densus 88 dan kekerasan terhadap napi mujahidin di dalam pemasyarakatan.
Selain itu aktivis Islam Jawa Timur juga memperingatkan media yang dinilainya tidak berimbang dalam memberitakan kasus tersebut.
Diakhir orasinya Koordinator aksi Ustadz M Romli meminta agar pihak terkait, seperti petugas lapas, kepolisian (Densus 88) tidak lagi menzalimi kaum muslimin pada umumnya dan juga Napi Mujahidin. Bila itu terjadi lagi, pihaknya akan mengerahkan massa yang lebih besar yang bisa menjadi awal bangkitnya umat islam indonesia terhadap kezaliman yang terjadi selama ini.
Meski kecewa dengan hasil pertemuan tersebut, lantaran lapas tidak memberitahukan siapa yang melakukan provokasi dan penganiayaan terhadap Napi mujahidin, massa aktivis Islam Jawa Timur akhirnya membubarkan diri dengan tertib dan tetap menuntut pihak terkait mengusut tuntas kejadian ini sebagaimana yang telah di sepakati dalam pertemuan yang telah dilakukan. [AW]