BOYOLALI, (Panjimas.com) – Pendekatan Kristen dalam melalukan penginjilan ada dua jenis. Salah satunya adalah kelompok evanlegis. Kelompok ini memiliki ciri agresif dalam menjalankan misinya seperti penginjilan dan lain sebagainya. Yang ditujukan untuk memperbanyak jemaat kristen.
“GIDI itu masuk dalam kelompok evanlegis. Kelompok yang aktif dalam proses penginjilan. Yang kedua mereka lebih eklusif sehingga banyak diantara mereka yang tidak mau untuk bergabung dengan kelompok gereja seperti PGI (Persatuan Gereja Indonesia) atau yang lainnya.” Ungkap Arif Wibowo di kediamannya Boyolali Kamis (6/8).
Menurut GIDI kelompok gereja yang tergabung di PGI sudah mengalami liberalisasi dalam menjalankan ibadah keagamaan.
Dalam buku Sejarah Gereja Asia disebutkan ada kelompok evangelis yang datang ke Indonesia. Pusat pengkaderan meraka sebenarnya ada di Malang Jawa Timur. Seorang penginjil di Indonesia Frank Snow yang aktif di tahun 1958 – 1970 menyebutkan ada kelompok gereja agresif yang bersifat memusuhi tidak hanya Islam namun juga dengan aliran gereja-gereja tua yang sudah ada di Indoneia. Sebagai contohnya Konservatif Babtis Misionaris serta Unevalengis Fild Mission (UFM), inilah yang merupakan cikal bakal GIDI.
Terkait hubungannya dengan Israel, Direktur PSPI (Pusat Studi Peradaban Islam) menjelaskan, GIDI termasuk aliran Christian Zionism yaitu kekristenan yang mencoba mencari akarnya Yahudi. Kalau kristen tradisioanal atau barat itu dikembangkan di Eropa.
“GIDI adalah salah satu kelompok yang ingin mengembalikan ke Yahudiannya atas posisi tanah yang dijanjikan. Jadi wajar mereka juga memperjuangkan eksistensi Israel atau Yahudi dengan melalui pengibaran bendera, penempelan brosur, kaos dan lain-lain.” Ujarnya.
Kalau di Amerika salah satu tokoh yang terkenal adalah George Bush maka mereka total dalam mendukung Yahudi. GIDI ini memang semacam kelompok kristen politik.
Selain GIDI ada juga kelompok yang beranama Bala Keselamatan yang berada di Minahasa Sulawesi mereka mirip dengan GIDI. Dulu ketika datang pertama di Indonesia karena merasa lebih superior mereka pernah masuk ke Masjid dengan membawa anjing dan menyanyikan lagu-lagu gereja dan sempat membuat konflik berkepanjangan itu terjadi pada tahun 1930.
Di tahun 1950 sempat terbesit ada usulan dari jemaat geraja lain (non evangelis) kepada Menteri Agama saat itu, Syaifudin Zuhri untuk melarang aliran kristen dari Amerika karena yang dibuat resah tidak hanya umat Islam namun umat gereja lain juga dilarang.
Ia menambahkan, “Jadi wajar seperti GIDI di Tolikara itu melarang semua tempat ibadah baik itu masjid ataupun gereja lain.”
Terkait mengapa mereka sangat agresif alasan diantaranya adalah karena untuk mengelola sebuah proyek sehingga ada ungkapan seorang pendeta yang mengatakan bahwa mengelola gereja itu seperti mengelola bisnis.
Namun ada juga faktor idiologis yang sangat kuat. Sebagai contoh GIDI, mereka memiliki idologi yang kuat karena sebagaian besar anggota GIDI adalah anggota teroris OPM (Organisasi Papua Merdeka).
“Jadi jangan dianggap sepele terkait keberadaan GIDI. Karena mereka memiliki jiwa separatis dengan target memerdekaan Papua”