JAKARTA, (Panjimas.com) – Tiga minggu yang lalu, umat Islam di Tolikara, Papua, diserang saat melaksanakan shalat Iedul Fitri pada tanggal 1 Syawwal 1436 H/ 17 Juli 2015. Kios-kios, rumah-rumah mereka dibakar, termasuk masjid/musolla.
Penyerangan, pembakaran dan tindakan anarkis lainnya terjadi saat kita umat Islam sedang shalat Iedul Fitri dan kemudian merayakan silaturahim dengan keluarga tercinta dan para sahabat.
Pernyataan itulah yang diungkapkan oleh juru bicara TPF Komat (Komite Umat) untuk Tolikara Papua Ustadz Andin Armas yang disebar melalui WA Selasa (5/8).
Ia juga berpesan kepada semua khatib, dai ataupun ustadz yang akan mengisi khutbah jumat. Agar permasalahan tentang Tolikara disampaikan ke jamaah sholat jumat.
“Ustadz-ustadz, beritahukan kepada jamaah shalat Jumat tentang perilaku GIDI Tolikara kepada umat Islam semuanya, terhadap kepolisian dan terhadap TNI. Namun, jangan tebarkan kebencian kepada umat kristiani lainnya karena mereka juga menolak perilaku GIDI Tolikara.” Ujarnya.
Dalang penyerangan ini adalah Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Tolikara. Tgl 13 Juli 2015, Mereka mengeluarkan surat yang melarang umat Islam di Tolikara melaksanakan shalat Iedul Fitri dan melarang wanita Islam memakai jilbab. Ini adalah pelanggaran HAM. Ironinya hingga kini setelah 3 minggu berlalu, polisi masih belum menangkap aktor intelektual tragedi Tolikara.
Penyerangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Iedul Fitri terjadi di halaman Koramil. Artinya, para penyerang sama sekali tidak peduli dengan TNI. Kapolres Tolikara beberapa hari sebelum tragedi Tolikara, telah menghubungi presiden GIDI agar GIDI Tolikara menertibkan jemaat nya untuk tidak mengganggu umat Islam yang akan shalat Iedul Fitri.
Namun, upaya Kapolres diabaikan GIDI Tolikara. Selain itu saat tragedi Tolikara, GIDI Tolikara juga mengadakan seminar internasional dengan menghadirkan pembicara utama dari Israel dan peserta dari berbagai negara serta dari berbagai daerah di Indonesia. Ironinya, seminar internasional dilakukan tanpa ada izin kepolisian. Jadi, wibawa kepolisian telah tercoreng. Inilah fakta yang dilakukan GIDI Tolikara.
“Kita menuntut agar kepolisian segera menangkap aktor intelektual tragedi Tolikara. Tiga minggu terlalu lama bagi polisi untuk menyidik kasus ini. Beritahukanlah tragedi Tolikara ini dalam khutbah Jumat agar umat Islam sadar jika kita telah diperlakukan tidak adil oleh GIDI Tolikara.” Pungkasnya.