BEKASI (Panjimas.com) – Akibat penyesatan opini melalui pemberitaan media mainstream tentang tragedi Tolikara, mengantarkan pada persepsi masyarakat yang salah.
Hal itu bisa dilihat dalam pemberitaan dimana seharusnya umat Islam pada posisi yang dizalimi, justru disalahkan sebagai penyebab terjadinya kerusuhan.
“Banyak media yang menyebut penyebab peristiwa adalah umat Islam yang memakai speaker,” kata Ketua Divisi Investigasi dan Wacana Publik, Fajar Shadiq di hadapan ratusan peserta Tabligh Akbar Tolikara Membara di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Ahad (2/8/2015).
Berita tentang penyebab aksi penyerangan shalat Idul Fitri di Tolikara, dipicu oleh pengeras suara (speaker), sempat diungkapkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, beberapa waktu lalu. (Baca: Muslim Papua Diserang Kristen Saat Idul Fitri, Wapres Jusuf Kalla Salahkan Speaker Mushalla)
Namun hasil investigasi di Tolikara didapatkan bahwa ternyata pengeras suara digunakan saat shalat Idul Fitri sangat kecil.
“Karena memang speaker yang ada sangat kecil dan tidak signifikan,” ujarnya.
Di sisi lain, jarak antara lokasi penyelenggaraan shalat Idul Fitri dan lokasi seminar Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Pemuda GIDI cukup jauh. Apalagi, acara seminar KKR Pemuda GIDI juga belum dimulai pada pukul 06.30 WIT.
“Jarak speaker sampai ke lokasi acara GIDI itu tidak sampai suaranya. Acara GIDI pada saat itu pukul 06.30 WIT belum dimulai,” ujarnya.
Sehingga sangat mustahil jika pengeras suara dalam penyelenggaraan shalat Idul Fitri dijadikan pemicu penyerangan. Kini pengeras suara dipersoalkan itu menjadi barang bukti di Polres Tolikara. [AW]