JAKARTA (Panjimas.com) – Anggota Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT), Ustadz Fahmi Salim Lc MA mendesak aparat TNI dan Polri untuk mengambil tindakan tegas, terkait adanya potensi sparatisme dan terorisme di balik kelompok Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
Pernyataan itu disampaikan Ustadz Fahmi Salim dalam acara Tabligh Akbar Peduli Muslim Tolikara.
“Potensi sparatisme dan terorisme yang dilakukan oleh kelompok Gereja Injili di Indonesia (GIDI), maka ini harus melibatkan Menkopolhukam dan Panglima TNI selaku penjaga teritorial wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Ustadz Fahmi Salim di ruang utama Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Ahad (2/8/2015).
Ustadz Fahmi Salim mengungkapkan adanya surat pelarangan jilbab dan shalat Idul Fitri yang dikeluarkan GIDI itu merupakan bukti nyata potensi sparatisme dan terorisme.
“Kita datangi Panglima TNI di siang harinya, lalu kita datangi Kapolri di sore hari untuk mengawal masalah ini dan memberikan masukan-masukan yang berharga. Kita sampaikan potensi separatisme dan terorisme yang dilakukan secara jelas melalui surat edaran itu oleh Gereja Injili di Indonesia (GIDI),” jelasnya.
Ustadz Fahmi Salim juga mengutip pernyataan dari anggota Tim Pencara Fakta (TPF) Kementerian Agama, yang mengungkapkan adanya campur tangan OPM di balik GIDI. (Baca: TPF Kemenag: Apa itu GIDI? GIDI adalah OPM)
“Ada kesan yang sudah umum di sana, dari penuturan anggota TPF Litbang Kementerian Agama yang kebetulan juga dari unsur Majelis Ulama Indonesia (MUI), dia menyatakan bahwa di wilayah Tolikara itu sudah rahasia umum, Islam itu NKRI, GIDI adalah OPM, bagian dari itu, atau berafiliasi meskipun dia bukan underbownya,” imbuhnya.
Selain itu, potensi terorisme dan radikalisme kelompok Kristen GIDI merupakan jaringan yang berkiblat ke Zionis Israel.
“Potensi intervensi dari luar negeri sebagai jaringan gerakan transnasional, kelompok radikal yang berkiblat ke Israel,” tandasnya. [AW]