JAKARTA, (Panjimas.com) – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin mencurigai adanya pihak ketiga atau aktor intelektual yang bermain di balik peristiwa kekerasan antar umat beragama yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua.
Din mengatakan, aktor intelektual itu bisa jadi memiliki motif politik untuk meraih kekuasaan. Namun yang jelas, aktor intelektual itu tidak ingin masyarakat Indonesia yang besar dan memiliki kebhinekaan, bisa terus menjalani kehidupan dengan rukun dan damai seperti selama ini.
“Ada motif dia ingin mengacaubalaukan Indonesia dan menghancurkan kita,” ujar Din di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Ahad, 26 Juli 2015.seperti dilansir viva.
Din mengaku tidak memiliki bukti konkret akan kecurigaannya ini. Hal ini semata-mata berdasarkan analisisnya terhadap pola kejadian.
Lebih lanjut Din mengatakan, MUI selaku lembaga yang membawahi seluruh organisasi masyarakat (ormas) keislaman di Indonesia, mengapresiasi kinerja Polri, khususnya Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, seluruh jajarannya, serta seluruh jajaran Polda Papua. Pada Kamis, 23 Juli 2015, kepolisian telah menetapkan 2 orang tersangka berinisial AK dan YW yang berasal dari pihak Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
Namun yang lebih penting, kata Din, kepolisian harus berani mengungkap keberadaan para aktor yang mengendalikan peristiwa yang terjadi di lapangan.
AK dan YW sendiri, ditetapkan menjadi tersangka karena terbukti menjadi pemicu dari tindakan penyerangan jamaah shalat ied, serta pembakaran dan pengrusakan yang dilakukan oleh massa terhadap puluhan bangunan dan sebuah mushala di lokasi pada Hari Raya Idul Fitri, Jum’at, 17 Juli 2015.
“Kalau aktor di balik peristiwa ini tidak terungkap, tidak tertutup kemungkinan peristiwa-peristiwa kekerasan yang mengatasnamakan agama seperti ini bisa terulang,” ujar Din.