JAYAPURA (Panjimas.com) – Tragedi teror yang disertai dengan aksi pelemparan batu dan pembakaran kios yang merambah hingga ke masjid Baitul Muttaqin dan rumah warga di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jum’at (17/07/2015) menjadi fokus perhatian berbagai pihak, termasuk Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Pasalnya, pasca tragedi di Tolikara ada beberapa informasi yang simpang siur akibat pembelokan opini oleh beberapa pihak dan media nasional, di antaranya seputar keabsahan surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang berisi larangan merayakan sholat Idul Fitri, larangan berlebaran serta larangan mengenakan jilbab.
Selain itu, surat resmi yang dilengkapi tanda tangan oleh Ketua GIDI Tolikara Pdt Nayus Wenda dan Sekretarus GIDI Marthen Jingga itu, mulai dikabarkan sebagai dokumen illegal. Padahal, faktanya polisi dan bupati sudah menerima surat yang dimaksud. Bahkan, akibat surat super intoleran tersebut, kemudian memicu pembakaran masjid, kios dan rumah tinggal warga.
Untuk meluruskan informasi yang simpang siur itu, JITU berupaya mengirimkan seorang wartawan untuk melakukan investigasi langsung di tempat kejadian. Hal itu dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan fakta di lapangan.
JITU berangkat menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang menuju bandara Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (21/07/2015) malam. Sekitar pukul 22.30 WIB pesawat lepas landas dari bandara Sottta dan mendarat dengan selamat di bandara Sentani tepat pukul 06.00 WIT, Rabu (22/07/2015) pagi.
Setiba di bandara Sentani, Jayapura, wartawan JITU bertemu dengan rombongan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara). Mereka terdiri dari 7 orang, yaitu 3 orang mewakili Komat, 2 orang mewakili Baznas dan 2 orang lagi mewakili media Republika Online (ROL). Rombongan dipimpin langsung oleh Ustadz Fadhlan Garamathan.
Selain bertemu dengan rombongan dari TPF Komat Tolikara, wartawan JITU sekilas juga melihat salah satu anggota komisioner dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Manager Nasuiton di bandara Sentani, Jayapura. Namun sayang, sebelum reporter JITU sempat menyapa, Manager sudah tak nampak batang hidungnya.
Sekedar informasi, pemberangkatan TPF ke Papua adalah salah satu program kerja dari Komite Umat untuk Tolikar (Komat Tolikara) yang telah terbentuk pada 19 Juli 2015 di Jakarta. Komat ini terbentuk setelah terjadi pertemuan besar para Tokoh Nasional di antaranya seperti Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Hidayat Nurwahid, Didin Hafidhudin, Bahtiar Nasir, Aries Mufti, Muhammad Zaitun Rasmin, dan sebagainya. [AW]
Laporan langsung dari wartawan JITU Achmad Fazeri