JAYAPURA (Panjimas.com) – Gubernur Papua, Lukas Enembe berdalih bahwa kasus pembakaran masjid di Tolikara adalah kejadian insidental. Ia pun meminta peristiwa yang menimpa umat Islam saat menjalankan shalat Idul Fitri itu tidak dibesar-besarkan.
“Kasus Tolikara ini kan bersifat insidental, muncul karena kesalahpahaman baik antaraumat beragama maupun masyarakat dengan pihak keamanan. Tidak perlu dibesar-besarkan lagi seakan-akan kita di Papua ini tidak junjung toleransi,” ujar Enembe dalam keterangan pers yang diterima Beritasatu.com, Senin (20/7).
Enembe mengungkapkan, dari dulu, Papua ini sangat menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
“Jadikan kasus Tolikara sebagai pelajaran,” tandasnya.
Selain itu, Gubernur Papua, Lukas Enembe juga mengaku bahwa dirinya memang diundang dalam Seminar dan KKR Pemuda GIDI Internasional. Ia hadir dalam KKR sebelum aksi pembakaran masjid Baitul Mustaqim dengan membawakan materi tentang peran pemerintah Provinsi Papua dalam membangun Gereja pada tanggal 15 Juli 2015 di Karubaga, ibukota Kabupaten Tolikara.
Sehari kemudian, lanjut Gubernur, tanggal 16 Juli ia dan keluarganya terbang dari Karubaga menuju kampung halamannya di Mamit, Distrik Kembu, Tolikara untuk berlibur.
“Dalam seminar itu, saya juga meminta para Pemuda GIDI se-Papua dan se-Indonesia, pentingnya membangun sikap toleransi, perdamaian dan keamanan demi mendukung pembangunan. Insiden ini benar-benar di luar bayangan kita. Saya melihat itu hanya kesalapahaman kecil dan emosi sesaat kedua belah pihak,” tegas Enembe.
Sayangnya usai ceramah soal toleransi, perdamaian dan keamanan di KKR Internasional GIDI itu, dua hari kemudian terjadi aksi penyerangan jamaah kaum Muslimin yang tengah melaksanakan shalat Idul Fitri. [AW/dbs]