TUNISIA (Panjimas.com)- Kepala pemerintah Tunisia, Habib Essid mengatakan pada jum’at malam (26/6/15) bahwa pemerintah secara resmi akan menutup 80 masjid yang berada di luar kontrol negara karena diklaim menghasung penyerangan terhadap 2 hotel di Tunisia.
Essid mengumumkan “peristiwa tersebut sebagai serangan berdarah, terjadi di hotel jumat tepatnya di Sousse Pantai Timut Tunisia hingga menewaskan 38 orang, sebagian besar mereka kewarganegaraan Inggris”.
Menanggapi pertanyaan seputar kewarganegaraan yang tewas akibat serangan, Essid mengatakan “memang kebanyakan mereka warga Inggris namun sebagian mereka warga Jerman, Belgia dan Perancis”.
Ia menambahkan, “masing masing pihak atau asosiasi tidak menghormati prinsip-prinsip dasar kontitusi Tunisia yang baru, maka akan dijatuhkan peringatan pada mereka, jika diperlukan untuk mengatasinya”.
Penyerangan di Tunisia baru-baru ini disinyalir oleh sekelompok orang yang membawa bendera putih hitam dan tertulis di dinding mobil mereka “Daulah Khilafah”.
Pemerintah memutuskan untuk memeriksa ulang keputusan resmi terutama yang berkaitan dengan pendanaan terorisme, seperti yang pernah dinyatakan Habib Essid bahwa “pendanaan teroris itu terkadang berasal dari asosiasi yang mendukung terorisme”.
Pemerintah Tunisia juga memutuskan untuk memanggil “Army Reserve” guna memperkuat kehadiran militer dan keamanan di daerah sensitif yang mana beresiko teror, selain itu bekerja mengintensifkan kampanye penyerangan untuk melacak hal yang mencurigakan dan sel-sel tidur dalam rangka menghormati hukum.
Presiden Tunisia mengumumkan “demi keamanan yang kondusif maka pengawasan wisata dan situs arkeologi di seluruh tempat akan diperketat, begitu juga hotel-hotel yang ada”, tegasnya. [Nz/SNA]