JAKARTA (Panjimas.com) – Pada bulan suci Ramadhan 1436 H kali ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) kembali melontarkan statemen kontroversi yang cenderung menyakiti perasaan umat Islam. (Baca: Setelah Menag, Kini Giliran Wapres JK Sakiti Perasaan Umat Islam dengan Menyebut Suara Ngaji Sebabkan Polusi)
Sebelumnya, Wapres JK meminta agar pengelola masjid di Indonesia berhenti memutar kaset murrotal atau pengajian di masjid-masjid sebelum sholat subuh dimulai. JK beralasan jika kebiasaan tersebut tidak membuahkan pahala bagi pemutarnya, tetapi justru menganggu warga sekitar.
“Permasalahannya yang ngaji cuma kaset dan memang kalau orang ngaji dapat pahala, tetapi kalau kaset yang diputar, dapat pahala tidak? Ini menjadi polusi suara,” kata JK saat menghadiri pembukaan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia di Pondok Pesantren (Ponpes) At-Tauhidiyah, Tegal, Jawa Tengah (Jateng) pada Senin (8/6/2015).
Kini, Wapres JK kembali melontarkan statemen yang menyakiti umat Islam, terutama kepada para takmir masjid. Kali ini JK mempersoalkan takmir masjid yang membangunkan orang untuk sahur di bulan Ramadhan, atau sekelompok orang yang berkeliling kampung dengan membunyikan aneka tabuhan.
Wapres JK beralasan, saat ini sudah ada jam beker atau alarm HP sehingga tidak perlu membangunkan dengan cara yang ‘ramai’. Selain itu saat ini juga tidak butuh waktu lama untuk memasak.
“Hampir semua orang ada handphone, (jam) beker yang bisa membangunkan orang. Jadi tentu kegiatan generasi muda yang membangunkan orang sahur itu iya mengganggu. Jadi nggak perlu lagi dibangunkan tengah malam hanya untuk masak sahur. Orang sudah lebih berbeda zamannya,” kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, pada Rabu (17/6/2015).
Seperti diketahui bersama, di sejumlah daerah, para takmir masjid mengumumkan waktu sahur melalui pengeras suara yang ada masjid. “Saat ini waktu menunjukkan pukul sekian,” dan lain sebagainya. Selain itu, ada pula sekelompok remaja atau pemuda yang membangunkan sahur dengan tabuh-tabuhan.
Namun tradisi yang sudah mengakar dimasyarakat, dan sudah berlangsung setiap bulan Ramadhan itu dianggap mengganggu oleh Wapres JK. Padahal bagi sebagian masyarakat, hal itu dianggap sebagai sarana untuk menjaga keamanan setempat dan untuk mengingatkan umat Islam yang hendak sahur. [GA/dbs]