LANGSA (Panjimas.com) – Pada Senin (8/6/2015) pagi dengan menempuh perjalanan udara dari bandara Adi Sutjipto Jogyakarta (Jogja) menuju Kualanamu Medan, Tim Relawan Komunitas Ansharut Tauhid Peduli Musibah (KATIBAH) Solo mengunjungi pengungsi Muslim Rohingya sekaligus menyampaikan amanah berupa bantuan dari kaum Muslimin.
Saat tiba di Langsa, hari sudah menjelang malam. Tim Relawan Katibah langsung menjenguk warga Muslim Rohingya di penampungan Kuala Langsa yang berada tepat di pinggir laut. Saat itu hari sudah gelap, nampak dari kejauhan tenda-tenda Relawan dari berbagai lembaga dengan berbagai bentuk dan warna berada berdekatan dengan sebuah bangunan besar yang dijadikan lokasi penampungan.
Bangunan besar yang mirip gudang ada 2 (dua), sebelah utara dipakai untuk Muslim Rohingya dan sebelah selatannya untuk pengungsi Bangladesh. Dan pada saat itu nampak para pengungsi sedang menikmati pembagian makan malam yang dimasak oleh para petugas dari Pemda Langsa di dapur umum.
Banyak pengungsi Muslim Rohingya saat berjumpa dengan Tim KATIBAH langsung mengucapkan salam dengan mimik yang gembira. Seakan kengerian yang pernah mereka alami dalam pelarian dari kebiadaban pa Biksu Buddha dan rezim Buddha Myanmar serta ganasnya lautan sudah terobati dengan penerimaan yang baik dari masyarakat dan Pemda Langsa.
Di tengah kesibukan para pengungsi, Tim KATIBAH hanya bisa melihat dan berbincang dengan petugas Satpol PP Pemda Langsa yang bertugas. Dan menurut data dari petugas, ada 700-an pengungsi di Kuala Langsa. (Baca: KATIBAH Serahkan Bantuan Dana Kepada Warga Muslim Rohingya di Langsa Aceh)
Sementara itu, data yang dimiliki Tim KATIBAH ada selisih sedikit, yakni 693 jiwa, yang terdiri dari 267 jiwa Muslim Rohingya bermacam usia dan jenis kelamin, serta 426 pengungsi Bangladesh yang semuanya lelaki dewasa.
Karena kesibukan para petugas di malam itu dalam melayani para pengungsi, sehingga Tim KATIBAH tidak mendapatkan data yang banyak dan selanjutnya Tim Relawan KATIBAH kembali ke tengah kota Langsa untuk mencari penginapan.
Lokasi Penampungan Pengungsi Bayeun
Pada Selasa (9/6/2015) pagi sekitar pukul 09.15 WIB dengan menyewa Becak Motor, Relawan Katibah berangkat ke Lokasi Penampungan Pengungsi lainnya di daerah Bayeun, Biruen. Dimana lokasi penampungan berada di tempat eks pabrik kertas yang jaraknya dengan penginapan Tim KATIBAH sekitar 8 -10 km ke utara.
Di Bayeun, pengungsi Bangladesh ada 52 lelaki dewasa, sedangkan pengungsi Muslim Rohingya 357 jiwa dengan bermacam usia dan jenis kelamin. Bahkan ada tiga keluarga Muslim Rohingya sehingga mereka dibuatkan 3 kamar terpisah dari pengungsi lainnya, dan para Relawan menyebutnya Rumah Cinta.
Sebagaimana di Kuala Langsa, di penampungan Bayeun terdapat pengungsi Muslim Rohingya yang sudah Hafizh Qur’an 30 Juz dan mampu berbahasa Arab, dan ada pula yang baru hafal beberapa juz saja. Inilah yang membedakan antara pengungsi Bangladesh dengan Muslim Rohingya.
Jika pengungsi Muslim Rohingya pergi meninggalkan kampung halaman dengan penuh rasa takut karena kebiadaban mayoritas Biksu Buddha dan pemerintah Buddha Myanmar, sehingga mereka rela menyeberangi lautan dengan berbagai resiko untuk menyelamatkan diri dan agamanya.
Sedangkan pengungsi Bangladesh lebih didasari motif ekonomi, setidaknya kesimpulan inilah yang disampaikan oleh petugas Satpol PP yang berjaga maupun Relawan dari Majelis Mujahidin yang menemani Tim KATIBAH di Bayeun.
Adapun pengungsi Muslim Rohingya yang Hafal Qur’an oleh Relawan dari Majelis Mujahidin sedang diproses untuk ditempatkan di pondok-pondok pesantren di Indonesia
Bantuan Logistik Sudah Mencukupi, Sekarang Butuh Dakwah & Pembinaan
Alhamdulillah, bantuan untuk Logistik berupa makanan dan air bersih maupun pakaian sudah mencukupi walaupun harus ditingkatkan kepada standar syari’ah terutama bagi kaum Muslimah Rohingya. Dan itu membutuhkan pembinaan Diiniyah yang baik, sistematis dan berkesinambungan.
Tenggang waktu penampungan 1 tahun secara umum bisa dimanfaatkan para asatidz atau asatidzah yang mau berbagi ilmu dan membimbing para warga Muslim Rohingya.
Kerjasama yang baik antara masyarakat, Pemda Langsa dan lembaga-lembaga kemanusiaan dari berbagai macam ormas Islam membuahkan pelayanan yang baik terhadap Muslim Rohingya. Namun demikian, semua itu hanya bersifat darurat yang mendasar. Sedangkan untuk kehidupan yang lebih normal sebagaimana masyarakat pada umumnya, maka masih banyak membutuhkan perhatian dan bantuan secara maksimal. [GA/atc]