BEKASI (Panjimas.com) – Sekjen Komite Advokasi Muslim Rohingya Arakan (KAMRA) Ustaz Bernard Abdul Jabbar, menyampaikan bahwa dirinya terkejut ketika ada anggota sebuah LSM Kemanusiaan yang mengatakan tak ada berita pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar.
Ustadz Bernard mengungkapkan, dirinya pernah bekunjung langsung ke Myanmar menyaksikan langsung kondisi Muslim Rohingya.
“Sekitar tiga tahun lalu, tahun 2012 dimana pada saat itu terjadi pembantaian-pembantaian di sana. Waktu kami berkunjung ke Myanmar kami menyaksikan kuburan-kuburan bekas pembunuhan massal,” kata Ustadz Bernar Abdul Jabbar kepada Panjimas.com, Rabu (3/6/2015).
Waktu kami berkunjung ke Myanmar kami menyaksikan kuburan-kuburan bekas pembunuhan massal
Ustadz Bernard bersama beberapa orang delegasi dari Indonesia berkunjung ke Myanmar dengan undangan langsung para ulama Muslim Rohingya.
“Kita waktu ke sana karena ada undangan dari ulama dan aktivis Islam di sana, karena kita menjalin kontak dengan orang-orang di sana. Kemudian mereka juga balas mengunjungi kita di sini di Indonesia. Kita sempat ke kamp-kamp pengungsian juga. Meskipun masuknya kita tidak menggunakan jalur biasa, karena kondisi keamanan dan keselamatan. Masuk ke sana begitu rumit dan ketat pemeriksaannya, bahkan kita sempat dua hari tertahan tidak bisa masuk ke sana. Kita sempat masuk Meiktila, Akyab dan kamp pengungsi,” jelasnya.
Di kamp pengungsian, ia menyaksikan bagaimana perlakukan diskriminatif pemerintah Myanmar terhadap pengungsi Muslim dan Buddha.
“Di sana benar ada pengungsi dari penganut Buddha, tapi kondisinya berbeda dengan pengungsi Muslim. Kamp pengungsi Buddha dibuatkan bangunan semi permanen, sementara pengungsi Muslim Rohingya sangat memprihatinkan, mereka hanya sekedar ada yang bisa menutupi atap saja, dari terpal,” imbuhnya.
Jadi kalau di sana dikatakan tidak ada pembunuhan itu benar, sebab yang terjadi adalah genosida, bukan sekedar pembunuhan biasa, tapi menghilangkan etnis Muslim secara sitematis. Salah satunya dengan cara mencabut hak kewarganegaraan mereka
Dengan melihat realita yang ada, Ustadz Bernard bahkan berani menyatakan bahwa apa yang terjadi di Myanmar bukanlah pembunuhan biasa, melainkan genosida.
“Jadi kalau di sana dikatakan tidak ada pembunuhan itu benar, sebab yang terjadi adalah genosida, bukan sekedar pembunuhan biasa, tapi menghilangkan etnis Muslim secara sitematis. Salah satunya dengan cara mencabut hak kewarganegaraan mereka,” ujarnya.
Ustadz Bernard juga mengungkapkan dari video dan foto-foto yang ada, kondisi mereka persis seperti korban pembantaian sadis di Ambon dan Poso.
“Video dan Foto-fotonya banyak beredar, kondisi mereka seperti pembantaian Ambon-Poso,” tandasnya. [AW]