JAKARTA (Panjimas.com) – Pimpinan kelompok teroris separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) Enden Wanimbo menyatakan perang terbuka kepada TNI-Polri, Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan seluruh masyarakat Indonesia yang bukan orang Papua.
Hal itu adalah bentuk penolakan kelompok teroris separatis OPM terhadap semua usaha dialog perdamaian yang ditawarkand an dilakukan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK). (Baca: Ditantang Perang Teroris Separatis OPM, Dimana Densus 88 & Pasukan Brimob??)
Menanggapi hal ini, anggota Komisi III DPR RI, Aboe Bakar Al Habsy mengaku prihatin dengan sikap Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Densus 88 dan BNPT yang hanya diam saja menghadapi ancaman tersebut. (Baca: DPR Kecam Sikap Diam TNI-Polri & Densus 88 Soal Tantangan Kelompok Teroris OPM)
“Saya cukup prihatin kenapa Panglima TNI dan kepala Densus 88 hanya diam. Ini adalah bentuk teror yang nyata dan secara terbuka telah disampaikan ke publik. Hal ini seharusnya ditanggapi secara serius oleh Kepala Densus 88 dan Kepala BNPT,” ujar Aboe kepada wartawan, di Jakarta, pada Senin (25/5/2015).
Pria yang biasa disapa Habib ini menambahkan, banyak pihak yang membandingkan sikap diam tersebut dengan tindakan reaktif dan reprseif Densus 88 kepada umat Islam yang dituduh teroris. Seperti perilaku Densus 88 menembak mati Nurdin M Top dan warga Bima yang saat itu sedang menjalankan ibadah sholat.
“Namun orang-orang (kelompok teroris separatis OPM –red) ini yang sudah melancarkan ancaman teror secara terbuka hanya diam saja. Akhirnya sebagian orang menyimpulkan, bahwa aparat memiliki standar ganda dalam mengkategorisasikan teroris,” ungkapnya. [GA/okz]