PARIS (Panjimas.com) – Sudah lebih dari satu dekade lamanya umat Islam di Perancis mengalami diskiminasi atas larangan menggunakan jilbab di luar rumah. Larangan tersebut berlaku sejak tahun 2004 oleh pemerintah Perancis. Saat ini, Perancis akan memperpanjang larangan mengenakan jilbab tersebut.
“Apa ada yang salah degan kita mah?,” ujar seorang anak Muslim pada ibunya saat menunjungi sebuah tempat bermain dan mereka tidak diperbolehkan masuk karena jilbab yang mereka kenakan, seperti dikutip Newyork Times dalam dilansiran Onislam.net, pada Jum’at (29/5/2015).
Ibu dari anak usia 9 tahun itu, Malek Layoini tidak dapat menjawab pertanyaan anaknya. Ia merasa malu, bagaiman para petugas itu menghalangi jalan mereka saat hendak masuk taman main. Mereka juga terusir dari sana di depan mata para pengunjung taman bermain di pantai Paris itu.
Parahnya, larangan berjilbab ini telah diikuti oleh negara-negara tetangga Perancis, misalnya Belanda. Pada tahun 2011, Perancis juga melarang para Muslimah menggunakan cadar di tempat umum, seperti yang dialami oleh ibu anak itu di taman bermain.
Dan sekarang Perancis makin menggila. Para politisi menyerukan supaya larangan terhadap pakaian wajib para Muslimah itu diperpanjang. Larangan berlaku pada saat bekerja, saat berada di lembaga pendidikan, bahkan saat berada di depan masyarakat umum.
Debat tentang jilbab ini muncul kembali sejak serangan di Paris yang menewaskan 17 orang. Larangan berjilbab ini ternyata semakin membuat keruh hubungan warga Muslim dan orang Kafir di Paris. Ditambah lagi sejak serangan terhadap kantor majalah penghina Islam, Charlie Hebdo pada Januari 2015 lalu.
National Observation Againts Islamaphobia sudah memperingatkan sejak April lalu, bahwa menurutnya belum pernah terjadi di Perancis selama tiga bulan pertama di awal tahun 2015 ini, serangan Islamaphobia meningkat enam kali lipat dibandingkan tahun 2014 lalu.
The National Observation Againts Islamaphobia mengatakan, terhitung sejak Januari lalu, lebih dari 100 insiden dilaporkan pada kepolisian. Di sisi lain, Observatorium juga mencatat lebih dari 222 tindakan anti Muslim terjadi di sana. Target utama Islamaphobia merupakan para Muslimah, karena mereka lebih mudah dikenali sebagai Muslim dari pakaian yang digunakan.
“Parahnya, hal seperti ini terjadi disiang bolong dan bagaimana ketidak pedulian warga sekitar pada Muslim di sana,” ujar Abdullah Zekri, Pemimpin The National Observation Againts Islamaphobia. [Muhajir/ROL]