POSO (Panjimas.com) – Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Satgas Anti Teror Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) kembali menembak mati 2 warga Muslim Poso. Menurut pemberitaan sejumlah media mainstrem, 2 warga Muslim Poso tersebut melakukan perlawanan sehingga ditembak mati oleh Densus 88.
Informasi yang dihimpun detikcom dari sumber kepolisian menyebutkan, baku tembak terjadi di wilayah Gayatri, Poso, Sulteng pada Minggu (24/5/2015) sekitar pukul 19.00 WITA. Petugas menyergap sebuah tempat yang diduga kuat menjadi persembunyian mereka.
2 warga Muslim Poso itu meninggal dalam operasi camar Maleo II yang dilakukan tim gabungan Polda Sulteng, Brimob Mabes Polri dan Densus 88 serta Satgas Anti Teror. “Kontak senjatanya terjadi di sebuah perkebunan,” kata seorang perwira kepada detikcom, pada Minggu (24/5/2015).
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulteng, Brigadir Jenderal (Brigjen) Pol Idham Azis mengatakan, kepolisian sudah mengantongi identitas kedua warga Muslim yang ditembak mati Densus 88 itu. Untuk memastikan, kata Idham, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut.
“Ada prosedurnya, dibawa ke rumah sakit, keluarganya datang, dilakukan pemeriksaan postmortem. Baru diketahui identitasnya,” ujar Idham yang mengaku sudah tahu namanya namun belum bisa menyampaikan seperti dilansir CNN Indonesia.
Dua warga Muslim Poso yang dituduh teroris hingga ditembak mati oleh Densus 88 dan Satgas Anti Teror dalam Operasi Camar Maleo II di Desa Gayatri Poso itu telah dikirim ke RS Bhayangkara Palu untuk proses identifikasi.
“Kedua mayat terduga teroris jaringan Santoso ini sudah kita kirim ke Palu untuk keperluan identifikasi,” imbuh Idham Aziz kepada VIVA.co.id, pada Minggu (24/5/2015) malam.
Idham Aziz menjelaskan, peristiwa itu terjadi di sekitar lokasi pekuburan Dusun Gayatri, Desa Maranda, Kecamatan Poso Pesisir, sekitar 50 kilometer dari Poso Kota.
Setelah 30 menit kontak tembak terjadi, pasukan Brimob dan Densus 88 yang melakukan penyergapan menembak mati dua warga Muslim Poso di sebuah pondokan. Idham Aziz menambahkan, personel kelompok bersenjata itu diduga berjumlah lima orang. [GA]