JAKARTA (Panjimas.com) – Intelektual Muslim, Dr Adian Husaini MA mengungkapkan bahwa pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan menggunakan langgam Jawa adalah hal yang tidak pantas. Apalagi dilakukan dalam peringatan Isra’ Mi’raj 1436 H di Istana Negara pada Jum’at (15/5/2015). (Baca: Al-Qur’an Dibaca Dengan Lagu Dandang Gulo di Istana Presiden Jokowi Lecehkan Islam)
Menurutnya, memang ada yang membolehkan membaca Al-Qur’an dengan cara seperti itu, tetapi sayangnya batasannya tidak jelas. (Baca: Imbau Baca Al-Qur’an dengan Langgam Jawa, Coba Menag Contohkan Nyanyi Indonesia Raya Berlanggam Cucak Rowo)
“Perlu diperjelas, kalau mengatakan boleh itu, bolehnya sebatas apa jadi tidak cukup mengatakan boleh. Karena sesuatu yang boleh itu belum tentu patut untuk dikerjakan,” kata Adian Husaini kepada Panjimas.com, melalui sambungan telepon pada Selasa (19/5/2015).
Pendiri Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) itu menjelaskan, hal yang boleh dilakukan itu belum tentu patut dikerjakan.
“Boleh saja orang yang baca Al-Qur’an itu di istana presiden pakai celana kolor, pakai helm juga boleh, pakai baju pocong juga boleh. Kalau orang jawa itu bilang begini; ‘bener ning orang pener’ tidak patutlah itu,” ungkapnya.
Boleh saja orang yang baca Al-Qur’an itu di istana presiden pakai celana kolor, pakai helm juga boleh, pakai baju pocong juga boleh. Kalau orang jawa itu bilang begini; ‘bener ning orang pener’ tidak patutlah itu
Adian Husaini pun menilai bahwa pembacaan Al-Qur’an dengan langgam Jawa dalam forum internasional di Istana Negara itu tidak tepat. Apalagi, hal itu juga menyangkut image Umat Islam di dunia Internasional.
“Kalau saya menilai dari segi bacaannya itu kurang tepat, terlalu dipaksakan. Forumnya juga tidak tepat, forum itu kan forum internasional, forum yang terhormat, forum di istana dan adanya bacaan seperti itu seharusnya dibicarakan dulu dengan para ahlinya, karena itu menyangkut wajah kita juga umat Islam Indonesia,” ujarnya.
Namun demikian, Adian tetap berprasangka baik terhadap Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dan ia yakin Menag bisa menyikapinya dengan baik.
“Saya mengenal pak Lukman, saya menghargai, tidak ada suudzan, secara pribadi saya mengatakan kurang tepat dan saya yakin beliau sekarang sudah banyak dapat masukan tentang masalah ini,” imbuhnya. [AW]