GAZA PALESTINA (Panjimas.com) – Sudah 8 tahun wilayah Gaza masih blokade oleh pihak Zionis Israel. Semua lini dan semua arah di blokade. Kondisi tersebut di perparah dengan penutupan pintu perlintasan Gaza dan Mesir yaitu pintu Rafah.
“Hanya pintu perlintasan Karem Abo Saleem saja yang dibuka oleh pihak Zionis Israel, karena melalui pintu tersebut lah pihak Zionis Israel dengan leluasan memasok dangangan mereka ke wilayah Gaza. Soo kini bahan pokok yang di konsumsi oleh warga Gaza yaitu hasil pasokan pihak Zionis, memang tidak ada pilihan lainnya bagi warga Gaza,” tulis relawan kemanusiaan asal Indonesia yang menetap di Gaza, Abdillah Onim.
Dalam rilis yang ditulis pada Selasa (12/5/2015) itu, pria yang akrab disapa Bang Onim itu mengatakan, agresi Israel ke wilayah Gaza pada musim panas akhir tahun 2014 telah mengakibatkan lebih dari 2.270 warga Gaza meninggal dan melukai lebih dari 11.300 orang, yang di dominasi oleh warga sipil, anak-anak dan wanita.
Hingga kini tidak sedikit dari para pasien korban perang yang masih di rawat di Rumah Sakit (RS) yang tersebar di Gaza, khususnya RS pemerintah yang terletak di Gaza City yaitu RS Asy-Syifa. Bahkan pihak medis di RS tersebut agak kewalahan dalam menangani para pasien khususnya para pasien yang mengalami luka parah.
Mereka harus di rujuk ke Rumah Sakit di Mesir, karena alat medis di Gaza masih terbatas. Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Juru Bicara Menteri Kesehatan (Menkes) Gaza Palestina Dr Asyraf Al Qodra.
“Hingga kini sedikitnya 6.000 ribu warga Gaza yang semestinya dirujuk ke Rumah sakit baik itu di mesir atau kenegara lain. Sayangnya hingga kini para pasien mengurungkan niat mereka untuk berobat ke negara lain dikarenakan sudah 2 bulan ini pintu perlintasan Rafah belum di buka, dan tidak jelas kapan akan di buka,” ungkap Dr Asyraf.
Dengan kondisi diataslah, saya dikontak oleh salah satu Direktur Pusat Pengobatan yang terletak di Jabalia Gaza Utara, kami hanya mengabarkan bahwa Gaza kini sedang krisis kesehatan.
“Anda sangat mengetahui bagaimana kondisi warga Gaza yang kini diselimuti krisis kesehatan. Ribuan warga Gaza yang menderita sakit, mereka tidak memiliki uang untuk berobat, sedangkan sangat tinggi harga obat di Gaza. Minimal kita adakan pengobatan masal gratis bagi warga Gaza, bahkan tidak sedikit dari para pasien yang menderita penyakit kronis seperti pasca amputasi, kangker dan penyakit lainnya. Mereka hanya mengkonsumsi Paracetamol, itu pun sudah sangat alhamdulillah,” tegas Haji Jom’ah, Direktur Medical Center Gaza.
Kondisi tersebut saya ikhtiarkan dengan menyampaikan kepada Manajemen Wali Band melalui Yayasan Walicare mereka. Alhamdulillah hal itu langsung di setujui oleh mereka dengan memberikan donasi untuk pengobatan massal.
Karena keterbatasan dana, kami hanya mengadakan 1 hari saja, lebih dari 2.000 orang warga Gaza yang datang, sayangnya obat-obatan yang tersedia hanya cukup untuk 900 orang, dan masih ada ribuan lagi warga Gaza yang mengantri ingin berobat.
Pengobatan massal bagi warga Gaza ini diadakan oleh Wali Band, dan bekerjasama langsung dengan Medical Center Gaza dan didukung oleh Radio Orang Indonesia di Gaza Palestina yaitu Radio Suara Palestine/net.
Pada hari Senin 10 Mei 2015, dimulai pengobatan massal (Medical Free Day Gaza Palestina), fasilitas yang di sediakan yaitu : USG gratis bagi ibu Hamil, dokter spesialis kulit, dokter umum, dokter anak, dokter tulang, dokter kandungan, dokter gigi dan panorama gratis, dokter spesialis THT dan obat gratis.
“Saya sangat kaget dan gembira juga tidak percaya saat mendengar ada pengobatan massal gratis yang diadakan oleh Rakyat Indonesia. Sudah 8 bulan kehamilan, saya tidak pernah melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Karena anda tahu sendiri kondisi Gaza serba sulit, suami tidak memiliki pekerjaan, mau ambil uang dimana untuk berobat. Saya ucapkan terima kasih banyak dan salam kepada rakyat Indonesia khususnya Muslim di Indonesia,” kata Fatmah wanita asal Gaza sembari memegang kantong plastic berisi obat. [GA/SP News Agency]