JAKARTA (Panjimas.com) – Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wuryanto mengatakan, saat ini sekitar 500 hingga 600 Warga Negara Indonesia (WNI) telah bergabung dengan Daulah Islam/Islamic State (IS), dan telah berada di Iraq dan Suriah.
“Sekitar 500 hingga 600 WNI masuk ke ISIS. Rekrutmen berkembang, mulai bergerak ke sana tidak hanya perorangan, tetapi banyak membawa keluarga, istri dan anaknya,” ungkap Wuryanto dalam diskusi publik di Jakarta, pada Senin (27/4/2015).
Wuryanto mengkhawatirkan hal itu dikarenakan para WNI tersebut diduga bisa saja kembali ke Indonesia dan dapat menyebarkan paham Daulah Islam yang dianggapnya bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
“TNI AD melihat bukan hanya pada saat menganut paham radikalisme dan berjihad di Iraq, Suriah, tetapi mereka akan menjadi orang-orang terdidik, terlatih sekaligus berpengalamanan, dan memiliki jiwa militansi yang sangat-sangat tinggi,” katanya.
Menurut dia, Daulah Islam tidak sembarangan merekrut dan langsung menerjunkan anggotanya untuk berjihad. Namun, Daulah Islam terlebih dahulu melakukan pelatihan, hingga lulus untuk berjihad.
Indonesia, lanjut Wuryanto, merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran empuk perekrutan. Pertama karena besaranya jumlah umat Islam di Indonesia. Kedua, masih banyak penduduk miskin yang ini menurutnya menjadi sejumlah alasan para WNI untuk bergabung dengan Daulah Islam.
“Pertama, terkait dengan keinginan untuk semata-mata berjihad. Kedua, latar belakang ekonomi. Infonya yang tergabung dalam ISIS mendapatkan penghasilan dari Rp20 juta hingga Rp150 juta,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, TNI AD terus melakukan upaya pencegahan terhadap radikalisme melalui pembinaan teritorial. “Pembinaan teritorial, dan menjadikan kondisi masyarakat untuk mampu menangkal untuk mampu menjalankan menjaga keutuhan,” jelasnya.
Wuryanto menambahkan, ada tiga ujung tombak dalam melaksanakan pembinaan teritorial tersebut yaitu Babinsa, Kamtibmas dan Lurah. [GA/inilah]