Bekasi (Panjimas.com) – Direktur eksekutif Indonesian Society for Social Transformation (INSIST), Dr Adnin Armas MA menyebut pemahaman Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (SEPILIS) sebagai pemahaman ekstrim.
Dalam Islam, pemahaman ekstrim disebut sebagai ghuluw atau berlebih-lebihan yang menyimpang dari Syariat Islam itu sendiri. (Baca: Dari Mana ‘Virus SEPILIS’ itu Muncul?)
“Itu ekstrim, pemahaman agama itu ada batasan nah dia melampaui batasan itu. Jadi setiap agama itu punya batasan dan aturan, ketika mereka melampaui atau membuat sebuah aturan yang bertentangan bahkan merusak agama itu sendiri, maka itu ghuluw atau berlebih-lebihan atau istilah yang lebih tepat itu ekstrim,” kata Adnin Armas dalam Kajian Islam ke 4 bertajuk Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme dalam Perspektif Islam di Aula KH Noer Ali, Islamic Center, Jl. Ahmad Yani no 22, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (14/4/2015).
Sebaliknya, istilah radikal yang akhir-akhir ini digunakan untuk melakukan stigma terhadap Islam sebenarnya bukan sesuatu yang negatif.
Istilah radikal sendiri berasal dari bahasa latin yaitu radix yang artinya akar pohon. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikal artinya secara mendasar atau sampai kepada hal yang prinsip.
“Kalau radikal itu pemahaman kepada akar, nah agama itu ada akarnya sudah seharusnya seseorang punya pemahaman agama yang mengakar. Jadi istilah radikal itu bukan sesuatu yang negatif sebenarnya kalau kita bahasa secara akademik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, istilah radikal kemudian menjadi stigma negatif lantaran dipahami berdasarkan konteks barat.
“Dengan pemahaman yang mengakar maka ada kepastian, jadi radikal itu bukan sesuatu yang negatif, cuma karena pembahasan radikal ini dalam konteks barat maka radikal itu menjadi sesuatu yang negatif karena dipahami sempit dan terbatas,” sambungnya.
Padahal, dalam Islam sendiri memerintahkan seorang muslim untuk memiliki pemahaman yang mengakar dan memegang teguh prinsip.
“Kalau Islam itu tidak demikian, bahkan harusnya memang memiliki pemahaman yang berakar sebagai sesuatu yang positif ,” tandasnya. [AW]