BEKASI (Panjimas.com) – Direktur eksekutif Indonesian Society for Social Transformation (INSIST), Dr Adnin Armas MA mengungkap asal usul dari virus Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme (SEPILIS) yang melanda umat Islam.
Pada abad ke 17-18 di Barat muncullah dunia modern atau modernisme, rasionalisme, empirisisme. Pada saat itu yang dijadikan ukuran standar kebenaran adalah akal atau panca indera.
Sementara agama-agama di Barat yakni Kristen Katolik, Protestan termasuk Yahudi tak mampu menjawab tantangan modernisme tersebut.
“Katolik, Protestan atau Yahudi yang ada di dunia Barat itu tidak mampu untuk memberikan jawaban terhadap berbagai tantangan yang ada di dunia modern. Karena tidak mampu, berarti agama yang ada di Barat waktu itu kalah, yang menang adalah dunia modern. Dikarenakan yang menang itu adalah dunia modern maka agama itu dipinggirkan, itulah sekularisme yaitu meminggirkan agama,” kata Adnin Armas dalam Kajian Islam ke 4 bertajuk Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme dalam Perspektif Islam di Aula KH Noer Ali, Islamic Center, Jl. Ahmad Yani no 22, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (14/4/2015).
Adnin Armas mengungkapkan, penyebab dari agama-agama tersebut disingkirkan karena memang agama Yahudi dan Kristen itu keliru, sehingga tak mampu menjawab tantangan zaman.
Di sisi lain, Eropa mengalami masa kelam selama berabad-abad akibat berkuasanya agama yang keliru tersebut. Saat itu, Paus di Roma bisa menentukan raja-raja di Eropa.
“Kalau di Barat ketika agama itu dipinggirkan, karena memang agamanya yang keliru, jadi wajar kalau disingkirkan. Kalau tidak maka mereka akan kelam seperti seribu tahun yang lalu. Makanya mereka menyebutnya zaman kegelapan ‘Dark Ages’ ketika agama itu berkuasa,” ujarnya.
Apa yang terjadi di dunia Barat, ternyata kini melanda umat Islam. Agama Islam berusaha untuk disingkirkan dalam kehidupan.
“Apa yang terjadi di Barat ratusan tahun yang lalu sekarang terjadi di dunia Islam, itu yang jadi masalah,” ungkapnya.
Padahal, Islam adalah agama haq yang komprehensif mengatur umat manusia. Tidak ada sama sekali yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, Islam justru lebih modern. Sehingga, bila Islam disingkirkan maka umat manusia justru menuju kepada kehancuran.
Salah satu fenomena yang menggambarkan bahwa di negeri mayoritas Muslim ini agama mulai dipinggirkan adalah ketika konser Boy Band One Direction di Gelora Bung Karno, Jakarta pada Maret 2015 lalu.
“Kemarin waktu ada konser di Senayan, One Direction, harga tiketnya Rp 1,8 juta. Manggungnya itu jam 09.00 WIB malam, sebelum Shubuh orang sudah antri, tiketnya sudah habis. Orang sampai nginep di situ, puluhan ribu tiket habis. Tapi kalau ngaji di Islamic Center, gratis saja mungkin tidak ada yang mau datang,” ungkapnya.
Hal inilah yang membuat anggota pimpinan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) tersebut prihatin, “Jadi di Indonesia ini agama mulai dipinggirkan,” tandasnya. [AW]