YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Umat Kristiani pada tanggal 3 April 2015 yang lalu beramai-ramai mengadakan acara Paskah, atau memperingati wafatnya Yesus Kristus di gereja-gereja.
Dalam peringatan yang diadakan di setiap gereja tersebut, umat Kristiani terlihat aman dan nyaman serta tanpa ada halangan dalam melakukan ritual peribadatannya.
Namun peringatan Paskah tersebut mulai terlihat ada gesekan dan penolakan dari warga masyarakat umat Islam ketika peringatan Paskah tersebut dilakukan di tempat terbuka dan umum seperti lapangan, dan bukan dilakukan di gereja-gereja seperti biasanya.
Salah satu penolakan dari warga masyarakat umat Islam dan gabungan elemen Islam terlihat di Kota Yogyakarta (Jogja).
Rencananya, umat Kristiani di Jogja akan mengadakan Paskah Bersama Umat Kristiani D.I. Yogyakarta dalam acara Kebaktian Pembaruan Iman Nasional Pdt Dr Stephen Tong bertajuk “Bertobatlah! Mengapa Harus Binasa?” yang akan diadakan pada hari Kamis 16 April 2015 pukul 18.00 WIB sampai selesai di Stadion Kridosono.
Acara yang diadakan oleh STEMI dan bekerjasama dengan BSKGK DIY ini ditolak warga masyarakat umat Islam dan gabungan elemen Islam Jogja karena dikhawatirkan akan mengajak dan memobilisasi umat Islam untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Pasalnya, kegiatan serupa sudah sering dan pernah terjadi di Jogja. Acara yang didalam spanduk dan pamflet bertuliskan hanya diperuntukkan bagi umat Kristiani, ternyata dalam pelaksanaannya ada aksi pemurtadan dan Kristenisasi massal. Hal inilah yang menjadi dasar penolakan gabungan elemen Islam di Jogja.
Secara legal formal, gabungan elemen Islam di Jogja sudah mengambil langkah-langkah prosedural untuk menolak dan menggagalkan acara Kristenisasi berkedok Kebaktian Pembaruan Iman Nasional tersebut, berupa audiensi dengan pihak panitia di Mapolda Jogja pada Selasa (14/4/2015) siang.
Hadir dalam audiensi itu antara lain perwakilan dari FJI, FUI Jogja, MMI Klaten, BMK Klaten dan lain-lainnya. Menurut penuturan Ketua MMI Klaten ustadz Bony Azwar, saat bertemu dengan Kapolda Jogja, perwakilan elemen Islam Jogja dengan tegas mendesak Kapolda Jogja untuk menggagalkan dan membubarkan acara tersebut.
“Kami umat Islam Jogja cinta damai dan cinta NKRI, untuk itu kami menolak acara yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan ketentraman DIY seperti kebaktian di Kridosono itu. Lalu ada perwakilan lainnya yang mengatakan, kami cinta damai, tapi kami juga cinta mati syahid. Jika acara tersebut tetap berjalan, maka kami akan membubarkan dengan segala resikonya,” tuturnya kepada Panjimas.com pada Selasa malam. [GA]