YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Acara Paskah Bersama Umat Kristiani D.I. Yogyakarta dalam Kebaktian Pembaruan Iman Nasional Pdt Dr Stephen Tong bertajuk “Bertobatlah! Mengapa Harus Binasa?” pada hari Kamis 16 April 2015 pukul 18.00 WIB ternyata tidak hanya berlangsung di Stadion Kridosono Jogja.
Acara yang diadakan oleh STEMI dan bekerjasama dengan BSKGK DIY yang ditolak oleh warga masyarakat umat Islam dan gabungan elemen Islam Jogja ini, ternyata juga akan diadakan di Kota Klaten Jawa Tengah (Jateng) pada hari Jum’at 17 April 2015 pukul 18.00 WIB sampai selesai di Stadion Trikoyo Klaten. (Baca: Beredar Seruan Bubarkan Acara Kristenisasi Berkedok Kebaktian Pembaruan Iman Nasional di Jogja)
Sama seperti di Jogja, acara Kebaktian Pembaruan Iman Nasional di Klaten ini juga mendapat penolakan dari warga masyarakat umat Islam dan Laskar Islam Klaten (LAKIK) yang merupakan gabungan elemen Islam di Klaten karena dikhawatirkan akan mengajak dan memobilisasi umat Islam untuk ikut serta dalam kegiatan itu.
Langkah awal pun sudah ditempuh LAKIK dengan memberikan surat rekomendasi tertanggal 14 Jumadil Akhir 1436 H/4 April 2015 kepada Kapolres Klaten, AKBP Langgeng Purnomo cq Kasat IPP Polres Klaten untuk meninjau kembali pemberian izin acara tersebut.
Sebab, sama seperti di Jogja, umat Islam di Klaten sudah sering menjumpai praktek-praktek serupa yang berujung pada aksi pemurtadan dan Kristenisasi massal berkedok pengobatan gratis, doa bersama umat Kristiani, dan kegiatan lainnya yang ujungnya ada aksi Kristenisasi.
Seusai melayangkan surat rekomendasi berupa saran dan masukan, pengurus LAKIK diundang Kapolres Klaten pada Senin (13/4/2015) pagi untuk melakukan audiensi dengan pihak ketua panitia pelaksana, Dawis Waiman. Hadir juga dalam forum tersebut perwakilan dari FKUB Kebersamaan Klaten, Jazuli.
Dalam forum tersebut, pengurus LAKIK yang hadir diantaranya Ketua MMI ustadz Bony Azwar, Ketua FPI ustadz Ahmadi, Ketua FKAM ustadz Hasyim Adnan dan lainnya sepakat bahwa acara tersebut patut diwaspadai dan mengharap acara tersebut tidak jadi terlaksana dengan sejumlah petimbangan yang sudah dikemukakan.
Sementara itu, Koordinator LAKIK, ustadz Mehmed menyatakan, merujuk pengalaman-pengalaman yang ada dan sudah terjadi, acara tersebut memang rawan sekali terjadi aksi Kristenisasi.
“Jadi yang harus dirinci dan diperhatikan adalah, maksud dari kata pembaruan iman itu. Okey lah mereka dari panitia mengatakan bahwa yang hadir umat Kristiani semua, tapi pengalaman yang ada seperti di Merapi menunjukkan banyak pula umat Islam yang diajak ke acara-acara seperti itu lalu diperbarui imannya. Orang yang diajak mungkin masih menilai dirinya Islam, tapi panitia menganggapnya mereka sudah masuk Kristen. Jadi setelah sampai disitu, mereka lalu di urapi atau praktek Kristenisasi terjadi,” jelasnya kepada Panjimas.com pada Selasa (14/4/2015) siang. [GA]