JAKARTA (Panjimas.com) – Mantan staf ahli Panglima TNI, Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha mengingatkan bangsa Indonesia agar waspada terhadap Amerika Serikat dan Cina.
Menurutnya, kedua negara adi daya tersebut memiliki kepentingan besar untuk menguasai negara mayoritas Muslim, Indonesia khususnya di bidang ekonomi.
“Yang sangat berbahaya adalah bersatunya Yahudi Amerika dengan Cina RRC dalam menguasai Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Mungkin kita sama-sama mengikuti di televisi bahwa RRC akan membangung bank di Indonesia untuk membantu geraknya pembangunan di Indonesia,” kata Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha dalam Pengajian Politik Islam (PPI) yang digelar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Ahad (12/4/2015).
Ia menambahkan, hal yang paling berbahaya dari masuknya kepentingan Cina ke Indonesia adalah menghidupkan kembali bahaya laten komunisme.
“Tidak ada saja RRC itu berkomunikasi dengan kita tahun 1965 itu, dia sudah bisa mendukung terjadinya pemberontakan G30SPKI, apalagi sekarang diajak untuk membangun Indonesia secara terbuka,” ujarnya.
Adityawarman mengungkapkan, bila Amerika Serikat telah mengeruk gunung emas Freeport di Papua, maka Cina juga berkepentingan dengan gas Tangguh.
Ladang gas Tangguh merupakan sebuah ladang gas alam yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Ladang gas ini mengandung lebih dari 500 miliar m³ (17 Tcf) cadangan gas alam terbukti, dengan taksiran cadangan potensial mencapai lebih dari 800 miliar m³ (28 Tcf).
“Amerika berkepentingan dengan Freeport, Cina berkepentingan dengan gas Tangguh dan banyak lain-lainnya yang akan menyusul,” ungkapnya.
Di sisi lain, sudah menjadi rahasia umum bahwa perekonomian Indonesia dikuasai oleh warga keturunan Cina.
“Kerjasama Amerika Cina, kemudian Cina WNI itu sendiri yang 80% ekonomi kita di tangan mereka. Kalau kita hitung orang-orang kaya di Indonesia mungkin hanya dua atau tiga orang yang melayu dan itu pun ada yang ‘Ali Baba’ jadi namanya dia, tapi duitnya duit Cina,” tuturnya.
Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) itu juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat tidak pernah menjadikan negara-negara lain menjadi negara maju, melain menjadikan negara seperti Indonesia ini terus bergantung kepada AS.
“Kita tidak membenci Amerika atau Cina sebagai bangsa, tetapi Amerika sebagai suatu pemerintahan yang nyata-nyata kita ikuti di negara mana saja, tidak ada yang betul-betul menjadikan negara lain maju tetapi hidup tergantung dari mereka. Kita hanya diberi hidup untuk bisa makan, untuk bisa nyicil motor bagi rakyat, untuk bisa nyicil mobil bagi golongan menengah tidak lebih dari itu. Dia tidak akan membolehkan Indonesia ini menjadi negara besar, padahal kita akan sangat mampu untuk menjadi negara besar,” ujarnya. [AW]