JAKARTA (Panjimas.com) – Satu lagi arogansi Densus 88 Antiteror Mabes Polri terhadap masyarakat, khususnya terhadap umat Islam kembali terbongkar. Sebelumnya, beberapa arogansi dan kebrutalan Densus 88 saat menjalankan aksinya kerap kali meninggalkan traumatik terhadap masyarakat.
Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya mencontohkan adanya kasus penggerebekan Rumah Tarbiyah dan Tanfidh Al Mukmin sekaligus rumah Tahfidz Qur’an di Malang oleh Densus 88 beberapa waktu lalu. (Baca: Keji!! Densus 88 Todongkan Senjata Pada Anak-Anak Saat Geledah Sebuah Yayasan di Malang)
Mustofa mengungkapkan, saat penggrebekan berlangsung, pengelola rumah Tahfizh Qur’an tersebut mengajak Densus 88 untuk bertaubat karena telah menodongkan senjata kepada anak-anak dibawah umur dan melecehkan tempat pendidikan Islam. Namun jawaban Densus 88 ternyata sangat mengherankan.
“Densus menggerebek rumah tahfizh dan menodong anak-anak dengan senjata, saat diprotes dan diajak tobat kepada Allah, Densus mengatakan ‘aku bukan Islam’,” jelas Mustofa dalam sebuah diskusi di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah Menteng Raya Jakarta, pada Jum’at (10/4/2015) malam.
“Seandainya tidak ada media Islam, berita ini tidak sampai kepada kita. Karena media mainstream tidak memberitakan hal ini,” tambah Mustofa. (Baca: MPI PP Muhammadiyah: Tak Ada Info Akurat dari Media Mainstream Soal ISIS & Abu Bakar Al-Baghdadi)
Selama ini, lanjut Mustofa, media mainstream yang berhaluan sekuler kerap melakukan brainwash (cuci otak) kepada masyarakat dengan memberitakan soal terorisme yang seolah-olah semua terduga teroris yang ditembak itu melawan dengan senjata, terjadi baku tembak, dan bahkan melempar bom.
“Namun media Islam mengimbanginya dengan informasi bahwa sebenarnya tidak ada perlawanan, bahwa terduga ditembak dari belakang, dan sebagainya,” tandas Mustofa yang juga anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah. [GA]