SOLO (Panjimas.NET) – Pada Ahad (5/4/2015) pagi umat Islam Kota Surakarta (Solo) Jawa Tengah (Jateng) terlihat berbondong-bondong menuju Masjid Jami’ Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo untuk menghadiri kajian ilmiah dan bedah majalah An Najah berjudul ‘INDONESIA DIAMBANG REVOLUSI SYI’AH’.
Masjid Jami’ MUI Solo yang berada didaerah Semanggi Pasar Kliwon Solo itu mulai terlihat ramai oleh umat Islam baik laki-laki maupun wanita sejak pukul 07.30 WIB. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut diajak oleh orang tuanya guna menghadiri acara tersebut.
Rencananya, panitian akan menghadirkan ustadz Abu Rusydan (Da’i dari Kudus) dan ustadz Dr. Muinudinillah Basri, MA (Ketua DSKS). Namun karena ustadz Muin berhalangan hadir, maka digantikan oleh ustadz Mas’ud Izzul Mujahid (Pimred Majalah Bulanan An Najah).
Ustadz Hafidz selaku moderator memulai acara dengan sedikit mengulas peristiwa-peristiwa terkini yang dialami oleh umat Islam dan para aktivis Islam. Mulai dari teror kaum Syi’ah terhadap basis-basis dan kegiatan umat Islam, hingga pemblokiran secara sepihak yang dilakukan Kemenkominfo dan BNPT terhadap 19 situs media Islam.
Pemblokiran secara sepihak yang dilakukan Kemenkominfo dan BNPT terhadap 19 situs media Islam sedikit dibahas oleh moderator karena ada indikasi bahwa orang-orang Syi’ah berada dibalik pembredelan sejumlah media Islam tersebut.
Sebagai pembicara pertama, ustadz Mas’ud atau yang juga akrab disapa dengan nama Akrom Syahid ini memaparkan tentang impian kaum Syi’ah untuk melakukan Revolusi Syi’ah di Indonesia. Revolusi itu sendiri menurut penjelasan ustadz Mas’ud terinspirasi dengan keberhasilan Revolusi Syi’ah Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatulloh Khomeini.
Selain itu, ustadz Mas’ud juga memaparkan tentang seluk beluk kesesatan ajaran, aqidah serta tata cara ibadah kaum Syi’ah. Dengan adanya peristiwa teror dan intimidasi yang dialami oleh mayoritas umat Islam Ahlu Sunnah di Indonesia, ustadz Mas’ud memprediksi Revolusi yang dilakukan kaum Syi’ah di Indonesia tidak akan lama lagi. Hal ini juga didukung dengan sejumlah analisa para pakar Syi’ah.
Sementara itu, ustadz Abu Rusydan selaku pemateri kedua memaparkan tentang pergerakan Syi’ah di Indonesia. Menurut ustadz Abu Rusydan, pergerakan Syi’ah sudah dilakukan sejak lama, yakni sekitar tahun 80an di jantung Ahlu Sunah di Solo, yakni Ponpes Al Mukmin Ngruki Solo.
Maka, lanjut ustadz Abu Rusydan, tidak mengherankan jika para pakar dan peneliti Syi’ah di Indonesia menyatakan bahwa pusat pergerakan Syi’ah di Jateng yang berbahaya selain di Semarang dan Jepara adalah Kota Solo. Sebab pergerakan Syi’ah di Solo sangat halus dan sulit diidentifikasi.
Selain itu, ustadz Abu Rusydan juga memberikan tips-tips kepada umat Islam cara mengidentifikasi dengan mudah, mana umat Islam dan mana pula kaum Syi’ah serta para tokoh aliran sesat Syi’ah. Ustadz Abu Rusydan juga memberikan tips dan cara untuk menghadapi pergerakan Syi’ah yang sudah mulai mengkhawatirkan dan terang-terangan dilakukan di Indonesia.
Setelah para pemateri menyampaikan pemaparannya, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB sampai 11.30 WIB ini berjalan dengan tertib dan lancar. Dari pantauan wartawan Panjimas.NET di Masjid Jami’ MUI Solo, seribuan umat Islam Kota Solo dan sekitarnya terlihat memadati aera masjid baik didalam dan diluar ruangan. [GA]