JAKARTA (Panjimas.com) – Dedengkot Syiah, yang mengaku mewakili aktivis perempuan Syiah di lapangan, Emilia Renita AZ menebar ancaman.
Emilia datang ke Komnas HAM, bersama penganut aliran sesat Syiah yang tergabung dalam Organization of Ahlulbait For Social support and Education (Oase). Mereka mengadukan pembelaannya atas penahanan para preman Syiah lantaran aksi anarkis menyerang perkampungan Az Zikra, beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu, Emilia juga curhat soal banyaknya deklarasi penentangan terhadap aliran sesat Syiah dari Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di berbagai tempat.
“Didirikan misalnya Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), ini kami punya dokumennya lengkap, dari mulai tertulis, video, siapa pelakunya, kenapa seperti ini juga bisa begitu mulus dilakukan. Mau dibawa ke mana Indonesia ini (quo vadis Indonesia),” kata istri pentolan aliran sesat Syiah, Jalaludin Rahmat itu di kantor Komnas HAM, Jum’at (13/3/2015).
Didirikan misalnya Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), ini kami punya dokumennya lengkap, dari mulai tertulis, video, siapa pelakunya, kenapa seperti ini juga bisa begitu mulus dilakukan. Mau dibawa ke mana Indonesia ini (quo vadis Indonesia)
Emilia yang membela para preman Syiah yang melakukan aksi anarkis di perkampungan Az Zikra, menyampaikan seharusnya yang ditangkap adalah pemasang spanduk anti Syiah.
“Peristiwa Az Zikra, dua bulan spanduk itu ada, kenapa yang 34 yang ditangkap, kenapa bukan mereka yang masang spanduk itu. Betul bahwa di ranah area mereka, mereka bebas berekspresi apapun yang mereka lakukan, tetapi tidak menyebarkan kebencian di ranah publik,” ujarnya.
Ia juga mempermasalahkan, seorang gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang memakai baju “Syiah Bukan Islam” sebagai ekspresi penolakan terhadap Syiah.
Peristiwa Az Zikra, dua bulan spanduk itu ada, kenapa yang 34 yang ditangkap, kenapa bukan mereka yang masang spanduk itu. Betul bahwa di ranah area mereka, mereka bebas berekspresi apapun yang mereka lakukan, tetapi tidak menyebarkan kebencian di ranah publik
Sebagai penganut aliran sesat Syiah, sangat wajar bila Emilia membela kelompoknya. Namun realitanya, bukan hanya aliran sesat Syiah yang dibelanya, tetapi juga orang-orang Kristen yang bersikeras mendirikan gereja ilegal, GKI Yasmin di Bogor.
“Siapa yang harus bertanggung jawab atas keutuhan NKRI kita? Kita semua harus menciptakan Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi kita semua. Lihat GKI Yasmin mereka 84 kali beribada di depan istana merdeka, tidak ada reaksi dari pemerintah. Sekarang mulai lagi Syiah seperti ini, mau dibawa ke mana negara kita?” paparnya.
Emilia juga mempersoalkan para anggota Komnas HAM yang tak bisa masuk ke Polres Bogor untuk menemu para preman Syiah.
Artinya kalau institusi seperti Komnas HAM saja tidak bisa bereaksi, ke mana kami harus mengadukan nasib kami? Apakah harus ada dark justice? Supaya kami bisa bergerak sendiri? Apa sekarang?
Karena pembelaan terhadap para preman Syiah itu dirasa tak maksimal, maka Emilia mengancam akan melakukan dark justice alias main hakim sendiri.
“Artinya kalau institusi seperti Komnas HAM saja tidak bisa bereaksi, ke mana kami harus mengadukan nasib kami? Apakah harus ada dark justice? Supaya kami bisa bergerak sendiri? Apa sekarang?” tegasnya.
Maka ia pun mendesak Komnas HAM untuk bekerja lebih keras membela aliran sesat Syiah.
“Artinya ini ngga bisa ditoleransi, you have to think, this is very serious, very very serious,” tandasnya. [AW]