JAKARTA (Panjimas.com) – Kita semua pasti tahu dan pasti pernah mendengar kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh kelompok sekuler, bahwa “silahkan tinggalkan Indonesia jika tidak suka dengan Indonesia” atau “silahkan cari negara lain yang menerapkan Syariat Islam, jika ingin Syariat Islam diterapkan, karena Indonesia bukan negara Islam”.
Bahkan seringkali terdengar kalimat “usir saja kelompok radikal/fundamentalis dari Indonesia” itulah kalimat-kalimat pandir kaum sekuler di negeri ini yang keluar dari mulut mereka.
Tak hanya itu, para aktivis Islam yang ditangkap karena tuduhan terorisme pun mengaku pernah ditanya baik oleh pihak Densus 88 maupun BNPT, “kenapa tidak jihad di luar negeri, Palestina, Afghanistan atau Irak?”
Ketika ada orang/sekelompok orang yang benar-benar meninggalkan negara bukan Islam tersebut, para sekularis teriak-teriak di berbagai media, bahwa perbuatan meninggalkan ‘negara yang bukan-bukan’ (bukan negara Islam tapi juga bukan negara setan) ini seolah kejahatan
Anehnya, menurut Direktur An Nashr Institute, Munarman SH, ketika ada orang yang pergi dari Indonesia lantaran negara ini tak mau diatur hukum Islam, kaum sekuler justru mempermasalahkannya.
“Ketika ada orang/sekelompok orang yang benar-benar meninggalkan negara bukan Islam tersebut, para sekularis teriak-teriak di berbagai media, bahwa perbuatan meninggalkan ‘negara yang bukan-bukan’ (bukan negara Islam tapi juga bukan negara setan) ini seolah kejahatan,” kata Munarman melalui rilis yang diterima redaksi Panjimas.com, pada Selasa (10/3/2015).
Munarman menilai, dari sinilah terbukti pada dasarnya kaum sekuler itulah yang melakukan kejahatan.
“Padahal sesungguhnya mereka para kaum sekuleris inilah yang sedang melakukan kejahatan terhadap hak hidup orang untuk menetap dan memilih kewargaan sesuai dengan yang diinginkan,” ungkapnya.
Seharusnya semua pihak sekuler konsisten dengan pernyataan mereka sendiri sebagaimana di atas dan harusnya berterima kasih kepada kepala keluarga dari 16 WNI tersebut. Karena mereka tidak meminta biaya dan tanpa merepotkan semua pihak sudah memilih tempat tinggal sesuai dengan yang dikehendaki oleh mereka.
“Oleh karenanya pihak-pihak yang masih menyembah isme-isme ciptaan manusia dan juga secara bersamaan mengaku menyembah Allah, hendaknya tidak usah usil, nyinyir dan sok tahu dengan apa yang dilakukan oleh para kepala keluarga dari 16 WNI tersebut. Apalagi mengait-ngaitkan dengan kelompok tertentu dan apalagi mengait-ngaitkan dengan mitos terorisme,” tutupnya.
Oleh karenanya pihak-pihak yang masih menyembah isme-isme ciptaan manusia dan juga secara bersamaan mengaku menyembah Allah, hendaknya tidak usah usil, nyinyir dan sok tahu dengan apa yang dilakukan oleh para kepala keluarga dari 16 WNI tersebut. Apalagi mengait-ngaitkan dengan kelompok tertentu dan apalagi mengait-ngaitkan dengan mitos terorisme
Diberitakan sebelumnya, Munarman menengarai ada konspirasi jahat yang mengarah pada stigma buruk terhadap ibadah suci Umroh di balik pemberitaan hilangnya 16 WNI di Turki akhir-akhir ini.
Patut diduga di balik pemberitaan yang mengaitkan hilangnya 16 WNI dengan modus melakukan ibadah umroh, hanyalah untuk mempersulit ibadah bagi kaum Muslimin. (Baca: Waspada! Kampanye Media Hitam Soal 16 WNI Hilang di Turki Diduga untuk Persulit Ibadah Umrah)
Ia juga mengungkapkan menghilangnya 16 WNI telah dijadikan momentum dan dimanfaatkan oleh media massa hitam serta agen-agen Zionis internasional untuk kampanye ‘mitos terorisme’. (Baca: Berita Hilangnya 16 WNI Dimanfaatkan Media Hitam dan Agen Zionis untuk Kampanye Mitos Terorisme)
Media massa hitam dan agen agen Zionis Internasional tersebut telah melakukan bentuk-bentuk trial by the press yang sangat jahat ditujukan kepada 16 orang WNI, termasuk anak balita dan keluarga mereka yang tinggal di Indonesia. [AW]