JAKARTA (Panjimas.com) – Terkait dengan kerusuhan yang terjadi di Masjid Masjid Assalam pada Jum’at (27/2/2015) yang notabene milik Muhammadiyah, Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Din Syamsuddin meminta pihak kepolisian untuk menutup sementara masjid tersebut.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mustofa B. Nahrawardaya, selaku Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah kepada Panjimas.com pada Sabtu (28/2/2015). (Baca: Masjid Muhammadiyah di Cengkareng Disabotase Sekelompok Orang dengan Menggelar Acara Maulidan)
“Akibat kerusuhan dan perkelahian serta penyelenggaraan rencana Maulidan Akbar di TKP (Tempat Kejadian Perkara), Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pun, mengirim pesan melalui SMS ke “Kapolri” Badrodin Haiti agar menghentikan upaya perebutan Masjid itu, serta menghentikan atau membubarkan Maulidan Akbar yang akan digelar hari ini,” ujar Mustofa.
Untuk itu, permintaan Din Syamsuddin kepada Kapolri agar aktivitas perebutan Masjid distop dan penghentian Maulidan Akbar hari Sabtu ini patut dilakukan mengingat potensi kerusuhan akan sangat besar jika nekat digelar di Masjid Muhammadiyah. Bahkan Din Syamsuddin juga minta agar sementara Masjid tersebut ditutup untuk umum, agardan persoalan hukumnya diselesaikan di pengadilan.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, pada Sabtu (28/2/2015) pagi sesuai undangan yang disebar, akan digelar Maulidan Akbar yang melibatkan 1.500 orang di Masjid Assalam Jl Utama V Cengkareng Jakarta Barat. Yang agak aneh barangkali, acara Maulidan Akbar ini ternyata digelar dan dilangsungkan di Masjid Assalam yang notabene milik Muhammadiyah.
Masjid Assalam adalah bangunan yang berdiri di tanah yang secara sah dimiliki oleh Muhammadiyah dengan Nomor Sertifikat Wakaf No. 3 Tanggal 23/09/2008. Dengan legalitas ini, semestinya pengelolaan oleh Muhammadiyah tidak lagi menjadi persoalan, karena memang demikianlah yang terjadi di setiap Masjid yang dimiliki Muhammadiyah.
“Akan tetapi sungguh aneh, di Masjid Assalam Cengkareng Jakarta Barat, sekelompok orang dengan mengerahkan massa, mencoba merebut aset milik Muhammadiyah. Salah satu siasatnya adalah dengan menggelar Maulidan Akbar di tempat itu,” ujar Mustofa B. Nahrawardaya, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah kepada Panjimas.com pada Sabtu (28/2/2015). [GA]