JAKARTA (Panjimas.com) – Sebelum sholat Jum’at pada hari Jum’at (27/2/20150, Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah sebenarnya sudah menghubungi Kapolri melalui SMS, maupun Kapolres untuk meminta bantuan pengamanan. (Baca: Masjid Muhammadiyah di Cengkareng Disabotase Sekelompok Orang dengan Menggelar Acara Maulidan)
Namun, yang terjadi adalah di luar dugaan. Terjadi perkelahian di dalam Masjid hingga di luar Masjid. Warga melaporkan, tidak ada upaya polisi untuk mediasi. (Baca: Din Syamsuddin Minta Masjid Muhammadiyah Cengkareng Ditutup Sementara & Acara Maulidan Dibubarkan)
Untuk itu, permintaan Din Syamsuddin kepada Kapolri agar aktivitas Perebutan Masjid distop dan Penghentian Maulidan Akbar hari ini, patut dilakukan mengingat potensi kerusuhan akan sangat besar jika nekat digelar di Mesjid Muhammadiyah. Bahkan Din Syamsuddin juga minta agar sementara Masjid tersebut ditutup untuk umum, agar persoalan hukumnya diselesaikan di pengadilan.
Berikut ini bunyi SMS Din Syamsuddin kepada Calon Kapolri, Badrodin Haiti: “Masjid ini resmi milik Muhammadiyah. Sudah sejak 30 tahun dan tahun 2008 saat diwakafkan kepada Muhammadiyah tak ada masalah dan aman-aman saja. Sertifikat No. 3 tgl 23/9/2008 atasnama PC Muhammadiyah Cengkareng dengan nama nadzir Romli (Ketua), H. Salman Efendi (Bendahara), dan H. Yasman Pitoyo (Sekretaris). Mohon sekali agar Masjid ditutup sementara dan kegiatan Mauludan oleh pihak penyabot, Sabtu 28/2 pagi dilarang/dibubarkan. Trims. Salam, Din Syamsuddin/Ketua Umum PP Muhammadiyah”.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, pada Sabtu (28/2/2015) pagi sesuai undangan yang disebar, akan digelar Maulidan Akbar yang melibatkan 1.500 orang di Masjid Assalam Jl Utama V Cengkareng Jakarta Barat. Yang agak aneh barangkali, acara Maulidan Akbar ini ternyata digelar dan dilangsungkan di Masjid Assalam yang notabene milik Muhammadiyah.
Masjid Assalam adalah bangunan yang berdiri di tanah yang secara sah dimiliki oleh Muhammadiyah dengan Nomor Sertifikat Wakaf No. 3 Tanggal 23/09/2008. Dengan legalitas ini, semestinya pengelolaan oleh Muhammadiyah tidak lagi menjadi persoalan, karena memang demikianlah yang terjadi di setiap Masjid yang dimiliki Muhammadiyah.
“Akan tetapi sungguh aneh, di Masjid Assalam Cengkareng Jakarta Barat, sekelompok orang dengan mengerahkan massa, mencoba merebut aset milik Muhammadiyah. Salah satu siasatnya adalah dengan menggelar Maulidan Akbar di tempat itu,” ujar Mustofa B. Nahrawardaya, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah kepada Panjimas.com pada Sabtu (28/2/2015). [GA]